Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Hujan (bukan versi Tere Liye)

Selamat pagi Bogor! Seperti pagi-pagi biasanya yang selalu berkutat antara memilih terjaga atau terhanyut tidur kembali setelah shubuh. Dan hari ini Saya menyerah pada kelopak mata yang seperti ditindih awan. Selamat pagi Bogor! Ah ternyata Saya salah. Pagi ini rasanya tepat seperti setahun lalu. Pagi ini Engkau mencurahkan rizki-Mu. Menunjukkan satu dari nikmat-Mu yang tak terhitung. Pagi ini awan mengalah pada hujan yang menjadikannya tiada. Aiih, bait puisi Sapadi Djoko Damono itu memang terasa dalam. Selamat pagi Bogor! Selamat pagi Kota Hujan yang telah hujan kembali. Hujan ini mengingatkan Saya pada masa-masa awal pindah ke Bogor. Hujan hampir setiap hari mengguyur dan memaksa Saya hujan-hujan antara kost dan tempat kerja yang jaraknya tak begitu jauh. Tapi meskipun hanya selemparan batu, lama-lama ngga sehat juga hujan-hujanan. Akhirnya, kondisi Bogor berhasil mengilhami Saya membeli payung. Padahal sebelumnya selama di Jogja belum pernah punya payung. Dan jadilah kemana-

Selamat Tahun Baru Hijriah 1439 H

Ada satu hal baru yang akan selalu teringat ketika hari ini tiba. Hari yang hanya jatuh sekali dalam setahun ini. Bukan. Bukan hanya hari ini lebih tepatnya. Tapi, hampir tiap bulan. Mungkin juga tiap minggu. Atau bahkan tiap hari. Hari ini setahun sudah engkau meninggalkan kami di dunia. Rasa-rasanya seperti kemarin mengecup keningmu ketika saya untuk kesekian kalinya harus pergi merantau. Kecupan yang tidak sangka menjadi yang terakhir di dunia. Hari ini setahun sudah engkau meninggalkan kami di dunia. Maafkan saya belum bisa menggugurkan wasiatmu yang satu itu. Keinginanmu yang entah berapa kali Engkau lontarkan dengan lugasnya kepada saya dan keluarga. Maafkan. Hari ini setahun sudah engkau meninggalkan kami di dunia. Maafkan saya yang belum bisa menunaikan teladan-teladanmu. Tahajudmu. Puasamu. Wiridmu. Senyummu. Maafkan.