Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Syukur dan Sabar

Sesaat lagi kereta anda akan tiba di Stasiun .... Bagi penumpang yang akan turun harap mempersiapkan diri. Sebelum Anda turun, periksa kembali tiket dan barang bawaan Anda. Pastikan tidak ada yang tertinggal. Hati-hati pintu akan di buka. Perhatikan celab peron dan kereta. Hati-hati pintu akan ditutup kembali. Suara yang terdengar layaknya robot -atau mungkin sungguhan robot- di tiap pemberhentian. Berhenti sejenak untuk kembali melangkah. Begitu seterusnya. Bagai robot yang telah disetting otomatis.  Semoga hidup tidak termasuk dalam bagian "kehidupan" robot itu. Meskipun kadang mengharuskan terus maju walau lelah. Meskipun kadang membutuhkan jeda untuk melangkah lebih cepat. Tapi, hidup bukan lah robot yang bisa dikendalikan oleh apa yang manusia buat sendiri. Oleh sistem. Oleh rutinitas. Oleh semua yang menjadikan hidup layaknya "kehidupan" robot. Bebas. Hidup memang harusnya bebas memilih.  Memilih berdasarkan nurani dan nilai moral. Memilih unt

Syukur itu ---

Mungkin, syukur itu ketika tersenyum. Tersenyum ketika menerima amanah yang lebih berat harus dipikul.  Mungkin, syukur itu ketika bahagia. Bahagia dengan sanjungan kawan yang memperhatikan diri. Memperhatikan pekerjaan yang sesuai dengan passion diri -- di matanya.  Mungkin, syukur itu ketika diri merasa cukup. Cukup bahwa apa yang berlaku hari ini adalah qadar terbaik-Nya.  Mungkin, syukur itu cukup dengan menahan diri mengeluh. Menahan dari sikap malas. Menahan untuk tetap bangkit.  Mungkin, syukur itu ----  Mungkin, syukur itu sebuah narasi yang tak akan habis dipelajari hingga diri menghadap-Nya semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasanya bersyukur. Amin

Senang Bekerja Sama dengan Anda

Senang bekerja sama dengan anda. Anda tahu? Yang saya tahu seorang introvert lebih nyaman memiliki lingkaran pertemanan yang dekat dan intim daripada mempunyai banyak teman. Terus kenapa? Kunaon? Jadi kalau anda mulai bosan dengan membaca tulisan-tulisan sebelumnya yang membahas tentang teman-teman saya, maka cukuplah anda membaca artikel ini. Cukup sampai sini. Yap. Cukup Senang bekerja sama dengan anda. Bagi orang natural science yang tidak mengenal materi-materi ke-sosial-an, hubungan satu orang –bahkan diri sendiri- dengan seseorang lainnya mungkin lebih banyak diperoleh dari pengalaman. Bukan semacam try and error . Bukan. Adakah yang berteman untuk coba-coba? Percobaan pertemanan? Bubar jika tidak cocok. Saya tidak tahu apakah ada teori yang membahasnya. Iki aku lagi ngomongke opo tho? Senang bekerja sama dengan anda. Menuliskan tentang anda otak saya harus bekerja keras untuk tampil sehat dengan performa tinggi. Menuliskan tentang anda membuat saya harus berus

Tapi

“Nanti sore kira-kira hujan ngga?” tanya Fulan “Jadi ngga? Tergantung nanti hujan atau ngga ya,” komentar Fulan lain “Hadeuh, mager euy hujan mulu,” gerutu Fulanah Berbagai macam tanggapan orang mengenai hujan. Apalagi bagi saya sebagai warga baru di kota hujan. Saya yang belum bisa memaknai dan mensyukuri sepenuhnya limpahan nikmat Alloh melalui hujan-Nya. Seperti saya yang masih belum bisa merasakan kenikmatan hangatnya matahari pagi karena dengan serta merta otak selalu berdalih dengan alasan panas dan silau. Dan hujan sore ini berhasil membuat saya menuliskan postingan satu ini. Meskipun sebenarnya hujan bukan menjadi tema obrolan hangat dalam tulisan ini. Ya, sedikit cerita setelah setahun lebih menjadi seorang “pekerja tulis”. Begitu saya seringkali menyebut apa yang sedang dan entah sampai kapan pekerjaan ini akan saya jalani. Menjadi seorang redaktur, jurnalis, reporter memang sebelumnya tidak ada dalam list pencapaian. Tapi menjadi  “pekerja tulis” ini memang ni

Mungkin Iya

Flaky, Shortening, Over-mixed , Biskuit, Kukis,  Hydrogenated soybean oil, Greasy,  Plastisitas , Oiling out, Heat resistance, Wire-cut, etc. Mungkin iya …. Akan lewat satu masa di mana diri hanya ingin sendiri. Jauh dari manusia dan kebisingan dunia. Diri yang bisa tidur dengan tenang di siang hari dan terjaga di malam hari. Hanya pekik adzan yang boleh mengatur waktu diri. Saat itu, diri tidak peduli dengan tampilan luarnya,  bahkan model rambutnya sekalipun. Diri menutup telfon berjam-jam dan tidak seorangpun yang mencarinya. Diambil dari Dzikrayaat hal: 56 Modifikasi dari @aan_chandra

TPHP (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian) #2

Sejujurnya hampir lupa bahwa saya pernah berniat membuat tulisan tentang TPHP dalam beberapa tulisan. Tapi... iseng-iseng baca postingan lama dan nemu postingan TPHP (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian) #1 dengan jumlah viewer yang lumayan banyak. Akhirnya mulailah saya nyoba menulis sekarang. Siapa tahu informasi yang saya tulis ini bermanfaat. Point pertama bahwa TPHP beda dengan tata boga ataupun pertanian . TPHP lebih banyak membahas pangan setelah panen dari sisi kimia dan reaksi yang terjadi selama pengolahan, pengembangkan produk yang berkualitas, sistem manajemen mutu pangan, satuan operasi dan mesin pengolahan, serta pengembangan produk sehingga menghasilkan produk layaknya mi instan, snack, bakeri, produk olahan daging seperti sosis dan daging kalengan, produk susu dan turunannya, minuman ringan, dan masih banyak lagi. TPHP lebih banyak membahas tentang pangan untuk produksi skala industri. Adapun tata boga, setahu saya lingkupnya banyak ke arah pengembangan produk kulin

Bicara Tentang ---

Konon katanya, di suatu hari, ketika itu --- Tanpa disadari, banyak tulisan yang diawali dengan kata-kata demikian. Kata-kata yang memberikan arti waktu, jarak dan perjalanan. Tanpa disadari, banyak tulisan yang akhirnya berakhir pada karya naratif yang konstan. Kurang memberikan arti dan hanya mengalir pararel dengan berlarinya waktu. Pun semoga hidup kita tidak demikian. Semoga --- Sebagai salah satu pengagum karya-karya Tere Liye, beberapa tulisannya memang sengaja dibuat mengalir. Dibuat dari awal permulaan. Bahkan ada beberapa karya yang sama penokohannya. Namun, saya tetap belum jemu membaca tulisannya. Karena Ia selalu jeli menyisipkan makna-makna tersurat dalam setiap pilihan kata yang diambilnya. Karya Ia amat lihai membuat alur yang seperti pada umumnya mengalir, namun dengan konflik batin dan nilai-nilai yang berbeda. Pun semoga hidup kita demikian. Semoga --- Meskipun sekarang saya merindukan saat ketika hanya ada saya dan novel. Kapan saya terakhir kali menam

Hujan (bukan versi Tere Liye)

Selamat pagi Bogor! Seperti pagi-pagi biasanya yang selalu berkutat antara memilih terjaga atau terhanyut tidur kembali setelah shubuh. Dan hari ini Saya menyerah pada kelopak mata yang seperti ditindih awan. Selamat pagi Bogor! Ah ternyata Saya salah. Pagi ini rasanya tepat seperti setahun lalu. Pagi ini Engkau mencurahkan rizki-Mu. Menunjukkan satu dari nikmat-Mu yang tak terhitung. Pagi ini awan mengalah pada hujan yang menjadikannya tiada. Aiih, bait puisi Sapadi Djoko Damono itu memang terasa dalam. Selamat pagi Bogor! Selamat pagi Kota Hujan yang telah hujan kembali. Hujan ini mengingatkan Saya pada masa-masa awal pindah ke Bogor. Hujan hampir setiap hari mengguyur dan memaksa Saya hujan-hujan antara kost dan tempat kerja yang jaraknya tak begitu jauh. Tapi meskipun hanya selemparan batu, lama-lama ngga sehat juga hujan-hujanan. Akhirnya, kondisi Bogor berhasil mengilhami Saya membeli payung. Padahal sebelumnya selama di Jogja belum pernah punya payung. Dan jadilah kemana-

Selamat Tahun Baru Hijriah 1439 H

Ada satu hal baru yang akan selalu teringat ketika hari ini tiba. Hari yang hanya jatuh sekali dalam setahun ini. Bukan. Bukan hanya hari ini lebih tepatnya. Tapi, hampir tiap bulan. Mungkin juga tiap minggu. Atau bahkan tiap hari. Hari ini setahun sudah engkau meninggalkan kami di dunia. Rasa-rasanya seperti kemarin mengecup keningmu ketika saya untuk kesekian kalinya harus pergi merantau. Kecupan yang tidak sangka menjadi yang terakhir di dunia. Hari ini setahun sudah engkau meninggalkan kami di dunia. Maafkan saya belum bisa menggugurkan wasiatmu yang satu itu. Keinginanmu yang entah berapa kali Engkau lontarkan dengan lugasnya kepada saya dan keluarga. Maafkan. Hari ini setahun sudah engkau meninggalkan kami di dunia. Maafkan saya yang belum bisa menunaikan teladan-teladanmu. Tahajudmu. Puasamu. Wiridmu. Senyummu. Maafkan.

Hai

Hai, terima kasih atas inspiratifnya kemarin malam Inspiratif buat saya, meski saya ngga tahu kamu anggap sebagai apa ceritamu. Saya malu. Saya sedih. Meskipun saya tahu. Tidak seharusnya saya malu. Malu untuk “sekedar” berdamai dengan masa lalu. Tidak seharusnya saya sedih. Sedih ketika hanya “sejenak” mengingat yang telah terjadi. Hai, maafkan saya yang tidak banyak komentar kemarin malam. Komentar. Yang mungkin sebenarnya belum tentu kamu butuhkan. Karena saya tidak tepat untuk berkomentar. Karena saya bukan orang yang cocok bahkan untuk sekedar menanggapimu. Untuk apa saya berkomentar tentang cerita anak kecil yang sudah mendewasa. Untuk apa saya menanggapi kegigihan dan ketegaran nyata yang ada di depan mata? Hai, mengapa kamu baru ajarkan ini kepada saya kemarin malam? Anak SD yang menangis pulang karena tak bisa bercerita di depan kelas tentang ibunya ((yang telah tiada)). Lalu mengapa saya harus mengharu ketika ditinggal bapak dan ibu selama

Pendaftaran MAN Insan Cendekia 2017/2018

Assalamualaikum, Pendaftaran MAN Insan Cendekia telah dibuka. Berhubung tahun ini ada beberapa MAN IC yang buka, jadi semakin banyak pilihan untuk menentukan MAN IC yang diminati. Alhamdulillah, proses seleksi pun semakin mudah karena sistem online. Info lebih lengkapnya bisa diakses di https://ic.ppdbonline.id/ Beberapa info penting yang saya dapat dari grup alumni, semoga bermanfaat :) Berkas yang perlu disiapkan untuk pendaftaran MAN Insan Cendekia 2017/2018 Tahapan Pendaftaran Online MAN Insan Cendekia 2017/2018 Jadwal Penting dalam Rangkaian Pendaftaran MAN Insan Cendekia

Di Laut Mana Tenggelamnya

Aku berjalan mencari kejujuran Tak tahu aku di mana alamatnya Aku pergi mencari kesederhanaan Tak tahu aku di mana sembunyinya Aku bertanya di mana tanggung jawab Di laut manakah tenggelamnya?  Aku berjalan mencari ketekunan Di rimba manakah dia menghilangnya?  Aku berjalan mencari keikhlasan Rasanya sih ada, tapi di mana, ya?  Aku berjalan mencari kedamaian Di langit manakah dia melayangnya? Wahai kejujuran dan kesederhanaan. Wahai tanggung jawab dan ketekunan Wahai keikhlasan dan kedamaian  Di mana gerangan kini kalian? Zaman ini sangat merindukan kalian  Zaman ini sangat merindukan kalian. Oleh: Taufik Ismail

Perang Ini Harus Kita Menangkan

Masih adakah orang jujur di negeri kita? Adakah?  Masih ada.  Tapi mereka tak bersuara. Masih adakah orang waras di negeri kita?  Adakah?  Masih ada. Tapi mereka tiada berdaya Masih adakah orang berakhlak di negeri kita?  Adakah?  Masih ada.  Tapi mereka tak berwibawa Masih adakah orang ikhlas di negeri kita?  Adakah? Masih ada.  Tapi mereka dianggap tiada.  Tapi saudaraku, tak ada cerita putus asa. Kita tak akan angkat tangan menyerah kalah  Karena ibarat perang Perang ini harus kita menangkan. Harus kita menangkan.  Oleh: Taufik Ismail

Baiturrahman #2

Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali: "Jadilah hamba-hamba Alloh yang bersaudara" Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja menjadi kepompong yang menyendiri berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam bertafakkur bersama iman yang menerangi hati hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari melantun kebaikan diantara bunga, menebar keindahan dunia Lalu dalam rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji. Ust. Salim A Fillah Dalam Dekapan Ukhuwah