Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Untuk Mu, Candradimuka

Dedicated to Candradimuka  #How a random posting Pfff, sebenernya gw paling nggak suka saat-saat kayakgini. Tapi, ada daya gw sebagai makhluk, harus tunduk dengan qadar sang Khaliq.  Oke, satu hal yang gw ngerti sekarang. The only thing we can’t repeat in life is time. Umur gw makin bertambah dan semakin tua. Ya iyalaah masa nambah muda? Salah besar tuh iklan kosmetik penambah muda #lol. Gw makin tua dan terus? muka gw keriput gitu? Oh tidak… gw makin tua dan gerombolan generasi baru siap menggantikan posisi gw. Menggantikan posisi di umur gw taun lalu. Oke fiks, gw ngerti sengerti ngertinya kalo waktu nggak akan berhenti dan waktu udah ngebuat gw banyak banget bersyukur. Salah satunya gw bersyukur banget udah menjadi bagian dari kalian, Candradimuka Lovers… (salah nggak nulisnya?). Bukan yang lain, bukan pasukan nusantara atau barisan perpecahan, fiks yang gw suka cuma Candradimuka seorang. Hihi, chauvinism banget ya? Tapi sekali-kali nggak papa deh. Dan kalo lagi ma

Palembang #2 | For HMPPI, For Indonesia

Peduli, Nyata, Berkelanjutan . Begitulah slogan yang diusung oleh salah satu organisasi mahasiswa tingkat nasional yang saya ikuti, yaitu Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia. Terlihat jelas kan dari slogan tersebut bahwa tujuan kami sebagai mahasiswa teknologi pangan sedikit banyak mencoba berkontribusi untuk kemajuan pangan indonesia. Yap, seenggaknya saya pribadi juga nggak mau dong dicap sebagai mahasiswa yang cuma kenal teori, berteman hanya dengan mikrobia di laboratorium. Dan disisi lain, saya mau seenggaknya saya tau perkembangan permasalahan pangan yang terjadi, seenggaknya saya tidak merasakan culture shock ketika terjun ke masyarakat nanti. Oleh karena itu HMPPI menjadi tempat yang tepat untuk pembelajaran. Dan sekarang, di Palembang, kami berkumpul untuk HMPPI. Yap, agenda dua tahunan yang biasa kami sebut RUA (Rapat Umum Anggota), kali ini bertempat di Universitas Sriwijaya Indralaya. Sore itu akhirnya saya dan teman-teman delegasi dari UGM, Unsoed, dan

Tentang Tulisan

Menulislah, atau Kau akan menghilang dalam pusaran sejarah . Menulis itu pekerjaan panggilan hati, seorang penulis itu juga penjaga peradaban agar tak punah, menulis berarti mengikat ilmu, menulis berarti seperti seorang bidan yang membantu kelahiran bayi-bayi sejarah yang akan dikenal, dirasakan, kemudian tumbuh menjadi besar. Menulis berarti membenihkan gagasan untuk ditelurkan sebelum akhirnya berkecambah seperti pohon kacang polong yang tumbuh terus-menerus hingga ke atas langit.  Bayangkanlah sebuah dunia tanpa tulisan, betapa sepinya, tak ada hiruk-pikuk pengetahuan, tak ada debat intelektual, perpustakaan-perpustakaan menjadi sepi, dunia hanya diliputi kertas kosong berwarna putih. Tak ada gedung-gedung tinggi sebab tak ada yang menulis tentang teknik konstruksi bangunan, tak ada tanaman bonsai sebab para ilmuan tak menuangkan bagaimana ilmu mengarbit tanamannya dalam sebuah tulisan. Tak ada pemerintahan bercorak nasionalisme, sebab para penggagasnya hanya memikirkan id