Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Tentang keluarga

Ceritanya sedang smsan dengan mama. (nanya kabar, pembuka percakapan standar ala Ibu & Anak) (nanya kegiatan, nanya kesibukan, sampai pertanyaan detail seperti udah makan berapa kali? makan pakai apa?) Sampai saya menanyakan hal yang menurut saya juga standar. Saya   : Lagi pada ngapain sekarang di rumah Ma? Semenit, dua menit, 5 menit, lama ngga dibales dan saya pikir percakapan ini berakhir. Tapi praduga saya salah. Mama : Ini lagi tiduran bareng sekeluarga di kamar adikmu. Haissh, tiba-tiba pengin terbang dan seketika ada diantara mereka. Sangat merindukan saat-saat bersama seperti. Bukan pergi wisata bareng, bukan sekedar nonton tv atau makan bareng. Cukup tiduran bareng satu ranjang. Saya, Mama Bapak, dan 2 adik saya. Sekedar cerita masa-masa kecil saya dan adik, dari mengandung sampai sekarang. Cerita perjodohan orang tua yang bikin kami semua cekikikan. Cerita kebiasaan kecil yang bikin malu. Dengan satu selimut, dibawah ujan yang rintik-rintiknya jatuh me

Izrail Bilang Ini Hari Terakhirku

Andaikan kita sadar bahwa tiap nafas kita adalah selangkah mendekati ajal, masihkah kita habiskan detik demi detik hidup kita dengan pilihan dan aktivitas yang tak menghebatkan? Saya berpikir, andaikan setiap saat kita menghadirkan ingatan terhadap kematian, saya yakin kita akan berpikir jutaan kali sebelum memutuskan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam hidup ini. Sayangnya, kita sering kali lupa bahwa kita bisa mati kapan saja. Ketika kita menulis status di facebook atau twitter, pernah ngga kita berpikir, jangan-jangan itu adalah status yang terakhir kali kita tulis sebelum mati? Jarang banget kan? Padahal, kita semua tahu bahwa tak ada jaminan kita masih hidup beberapa saat setelah ini. Mengingat kematian adalah pengendali diri yang baik. Coba pegang pergelangan tangan kita, lalu pejamkan sejenak. Rasakan detakan nadi kita. Tiap nadi berdetak, hakikatnya kita sedang berjalan mendekati titik bernama kematian. Sekolah dan kuliah boleh saja libur, tapi percayal

Negatif dan Positif

Untuk pertama kalinya nyepam di line. Posting sesuatu yang sebenernya bukan lah hal untuk di share menurut saya. Publikasi sesuatu yang saya sendiri sadar kalau "ini bukanlah saya". Yap, line sepertinya menjadi korban. Menjadi tempat pelampiasan. Karena kadang ada orang yang bingung cerita ke siapa dan akhirnya menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya cerita ke line. Itulah saya kemarin, meskipun saya sendiri sadar kalau "itu bukanlah saya". *ngeles haha* Entah kenapa setelah saya sedikit amati, banyak status yang menampilkan stiker yang cenderung beraura negatif, entah itu banjir nangis, mengeluh, galau, pusing, dan sejenisnya. Wajar kita manusia dianugrahi segepok rasa atau emosi, dan semua itu ada yang ada yang positif dan ada yang negatif. "Suka suka gue lah mau ngepost apa", hmm ada dan banyak mungkin orang yang berpendapat seperti ini. Tapi, apa gunanya juga kita membagikan kesedihan atau keluh kesah kita ke publik. Bukan kah lebih baik itu

Mainkan saja peranmu

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan? Ketika masa yang semestinya kamu sudah menjadi seorang mahasiswa, tapi nyatanya kini masih harus berjuang lagi untuk menjadi mahasiswa. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-baiknya, bahwa Allah menakdirkan kebaikan untukmu, dari jalan perjuangan ini, lagi dan lagi. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan? Ketika skripsi atau tesismu terbengkalai tersebab kamu mengurus amanah Allah yang akan menjadi bintang. Mainkan saja peranmu dan Allah akan tunjukkan jalan keluar yang spesial untukmu. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan? Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-N

Rindu | Karena semua tanya membutuhkan jawaban

Wahai laut temaram, apalah arti memiliki? jika diri kami sendiri bukanlah milik kami. Wahai laut lengang, apalah arti kehilangan? ketika sebenarnya kami menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan. Wahai laut sunyi, apalah arti cinta? ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin kami tertunduk patah hati, atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun. Wahai laut gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami sedang rindu? hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja. Kapan ya saya terakhir nulis resensi? hmm... (nanya ke tembok) Setelah beberapa lama akhirnya saya berkesempatan lagi ngebaca novel Tere Liye. Ternyata tetap sama seperti karangan penulis di buku-buku sebelumnya. Meskipun saya ngga mengikuti semua buku Tere liye, tapi alur dan isi yang hendak disampaikan si penulis sedikit bisa ditebak. Bukan

Assalamu'alaikum 2015

Karena perjalanan itu selalu menghadirkan pertanyaan-pertanyaan, doa, dan kebijakan. Karena waktu adalah sebuah keniscayaan, sudah seharusnya perjalanan hidup menjadi bahan untuk merenung, bersyukur, dan menikmati hikmahnya. Seperti 48 jam ke belakang, kajadian demi kejadian benar-benar membuktikan bahwa Alloh masih dan selalu sayang kepada hambanya ini. Oke, hari terakhir tahun lalu entah kenapa saya habiskan dengan agenda yang berhubungan dengan memasak. Mulai dari pagi hari ngebantuin temen-temen masak buat anak asrama. Simpel sih, tapi kebersamaannya itu lho kerasa banget. Belum selesai dengan urusan satu itu, ajakan buat kumpul bareng temen-temen SMA muncul di hp. Agendanya ngga jauh-jauh dari bebakaran. Apapun yang bisa dibakar dan dimakan. Alhasil, masak di asrama kelar agak siangan. Dilanjut sore masak (lagi). Dan malamnya siap-siap bebakaran bareng. axivic jogja + sate ayam cuka :p Dan awal tahun kali ini dibuka dengan hari yang lumayan panjang. 1 Januari 2015 ini