Muslim Friendly -Taipei Series part VI
Ini mungkin akan jadi posting terakhir saya dalam rangkaian post tentang perjalanan satu ini. Masih tidak jauh tentang halal. Jika Anda membaca dua post sebelum ini pasti sudah tahu tujuan utama saya tugas kerja di sini adalah untuk mengupas tentang halal. Jadi mungkin post kali ini saya dedikasikan untuk bercerita hal-hal menarik yang belum sempat terceritakan pada beberapa post sebelumnya.
Tentang hotel. Saya mendapat hotel yang sudah mempunyai sertifikat muslim friendly. Berada di tengah kota dan sangat dekat dengan stasiun utama Taipei. Hal menarik yang pertama saya dapati adalah fasilitas kamar yang memang ramah muslim. Bahkan mereka menyediakan peralatan ibadah yang jarang disediakan di hotel-hotel di Indonesia. Mereka menyediakan alQuran, sajadah dan arah kiblat. Di Indonesia, yang saya tahu kebanyakan hotel hanya menyediakan arah kiblat di kamar-kamarnya. Sangat apresiasi dengan usaha negara ini dalam menangkap peluang kunjungan wisatawan muslim yang potensinya diprediksi akan terus naik.Saya juga menemukan hal lucu, ternyata di laci meja alQuran tersimpan pula kitab-kitab agama lain seperti injil dan lainnya yang saya kurang tahu. Hmm, mungkin disesuaikan si penghuni kamar yang memesan. Tapi karena saya kepo, bukannya membaca alQuran namun malah iseng buka injil wkwk
Oya, di samping pelayanan kamar yang sangat baik, ada satu hal yang mungkin bisa menjadi point penting untuk ditingkatkan dari pihak hotel yaitu soal menu sarapan. Menu sarapan halal yang ditawarkan berupa buah dan roti. Ada nasi, ada daging ayam, ada telur. Namun mereka tidak menjamin kalau itu halal. Saya sempat melirik-lirik ke daging ayam atau ikan, tapi ketika mereka disandingkan berdampingan dengan pork, jadi mikir ulang juga buat ambil hehe... Yha semoga ke depannya menu sarapan halalnya dapat lebih beraneka ragam.
Pada hari pertama, saya dan tim juga diajak mengunjungi Grand Hotel, hotel ikonik yang kental dengan nuansa negeri Pulau Formosa dan memiliki sejarah panjang. Hotel ini juga telah mempunyai sertifikat muslim friendly dan kami pun diberikan penjelasan seputar "muslim friendly" yang ditawarkan pihak hotel. Selain arah kiblat, point penting yang saya catat adalah pihak hotel menyediakan makan malam dengan menu halal untuk pengunjung muslim, namun dengan syarat dan ketentuan berlaku, misalnya ada minimal pemesanan, waktu pemesanan yang tidak bisa dilakukan serta merta. Jadi, dinner halal tersebut tidak ada secara reguler melainkan hanya ketika ada pesanan. Dan ruangannya pun terpisah dari resto hotel yang buka setiap saat. Jadi, dalam usaha untuk menjadikan sebuah lingkungan menjadi muslim friendly di mana muslim adalah minoritas tidaklah mudah. Butuh langkah demi langkah dan pengembangan yang perlu dilakukan. Pun dengan kondiri yang saya temui di depan mata ini. Mungkin saya beberapa waktu ke depan, di hotel ini sudah tersedia mushola. Semoga ~
Tentang hotel. Saya mendapat hotel yang sudah mempunyai sertifikat muslim friendly. Berada di tengah kota dan sangat dekat dengan stasiun utama Taipei. Hal menarik yang pertama saya dapati adalah fasilitas kamar yang memang ramah muslim. Bahkan mereka menyediakan peralatan ibadah yang jarang disediakan di hotel-hotel di Indonesia. Mereka menyediakan alQuran, sajadah dan arah kiblat. Di Indonesia, yang saya tahu kebanyakan hotel hanya menyediakan arah kiblat di kamar-kamarnya. Sangat apresiasi dengan usaha negara ini dalam menangkap peluang kunjungan wisatawan muslim yang potensinya diprediksi akan terus naik.Saya juga menemukan hal lucu, ternyata di laci meja alQuran tersimpan pula kitab-kitab agama lain seperti injil dan lainnya yang saya kurang tahu. Hmm, mungkin disesuaikan si penghuni kamar yang memesan. Tapi karena saya kepo, bukannya membaca alQuran namun malah iseng buka injil wkwk
Oya, di samping pelayanan kamar yang sangat baik, ada satu hal yang mungkin bisa menjadi point penting untuk ditingkatkan dari pihak hotel yaitu soal menu sarapan. Menu sarapan halal yang ditawarkan berupa buah dan roti. Ada nasi, ada daging ayam, ada telur. Namun mereka tidak menjamin kalau itu halal. Saya sempat melirik-lirik ke daging ayam atau ikan, tapi ketika mereka disandingkan berdampingan dengan pork, jadi mikir ulang juga buat ambil hehe... Yha semoga ke depannya menu sarapan halalnya dapat lebih beraneka ragam.
Taipei dari Grand Hotel |
Pada hari pertama, saya dan tim juga diajak mengunjungi Grand Hotel, hotel ikonik yang kental dengan nuansa negeri Pulau Formosa dan memiliki sejarah panjang. Hotel ini juga telah mempunyai sertifikat muslim friendly dan kami pun diberikan penjelasan seputar "muslim friendly" yang ditawarkan pihak hotel. Selain arah kiblat, point penting yang saya catat adalah pihak hotel menyediakan makan malam dengan menu halal untuk pengunjung muslim, namun dengan syarat dan ketentuan berlaku, misalnya ada minimal pemesanan, waktu pemesanan yang tidak bisa dilakukan serta merta. Jadi, dinner halal tersebut tidak ada secara reguler melainkan hanya ketika ada pesanan. Dan ruangannya pun terpisah dari resto hotel yang buka setiap saat. Jadi, dalam usaha untuk menjadikan sebuah lingkungan menjadi muslim friendly di mana muslim adalah minoritas tidaklah mudah. Butuh langkah demi langkah dan pengembangan yang perlu dilakukan. Pun dengan kondiri yang saya temui di depan mata ini. Mungkin saya beberapa waktu ke depan, di hotel ini sudah tersedia mushola. Semoga ~
Satu hal lagi yang menarik menurut saya adalah ketika mengunjungi THIDA (Taiwan Halal Integrity Development Association), salah satu lembaga sertifikasi halal. Semacam LPPOM MUI kalau di Indonesia. Jadi mereka sudah mempunyai lembaga sertifikasi sendiri misalnya THIDA yang fokus pada sertifikasi halal untuk industri pangan. Adapun untuk sertifikasi resto halal dilakukan oleh CMA (Chinese Muslim Association). Sebagai negara dengan jumlah muslim yang masih sedikit, lembaga-lembaga tersebut pun masih terus melakukan pengembangan. Ketika berbincang dengan wakil ketua THIDA, Ia menjelaskan bahwa ketika ada ingridien pangan di mana supplier tidak bisa menyertakan dokumen halal, maka pihak produsen harus menelusuri ingridien tersebut sesuai form yang dipersayaratkan dari THIDA. Pastinya tidak semudah di Indonesia di mana sebagaian besar supplier ingridien sudah bersertifikat halal.
Sinkronisasi halal masih menjadi pekerjaan rumah beberapa negara. Misalnya tidak semua sertifikat halal dari lembaga luar negeri dapat diakui oleh MUI. Untuk Taiwan sendiri, pangan kategori flavor harus diaudit langsung kehalalannya oleh MUI. Yap, semuanya masih memerlukan pengembangan.
Sekian rangkaian post saya dalam perjalanan Juni 2018 lalu. Semoga dapat bermanfaat dan menambah informasi bagi kalian.
Salam
Sinkronisasi halal masih menjadi pekerjaan rumah beberapa negara. Misalnya tidak semua sertifikat halal dari lembaga luar negeri dapat diakui oleh MUI. Untuk Taiwan sendiri, pangan kategori flavor harus diaudit langsung kehalalannya oleh MUI. Yap, semuanya masih memerlukan pengembangan.
Sekian rangkaian post saya dalam perjalanan Juni 2018 lalu. Semoga dapat bermanfaat dan menambah informasi bagi kalian.
Salam
Awalnya kukira postingan terakhir di blog, ndak taunya postingan terakhir dalam rangkaian perjalanan ke Taipei~ wkwk
BalasHapusIyaaa, Al-Qur'an kan sudah sering dibaca, pasti malah buka-bukain yang lain hahaha
Mantap gan! Aku bisa kurus kalau tinggal di sana wqwqwqwq
Wkwk semoga ngga post terakhir ya meskipun ngga tau bakal ngepost lagi kapan.
HapusCocok disana buat diet mba. Kau harus kesana