Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I


Hmm… dilema yang sempat saya rasakan tahun-tahun belakangan ini tiba-tiba muncul kembali. Kira-kira 2 tahun lalu ketika masih menjadi bagian kecil dari mereka, saya sedikit tersadar bahwa ada yang tidak pada tempatnya. Tapi sebagai seorang yang masih sangat junior, saya cuma menjadi pengamat. Mengamati langkah-langkah mereka, mengamati langkah-langkah yang bukan mereka. Dan berkat pertemuan dengan seorang senior yang berpikiran sama dengan saya, saya pun mendapatkan informasi aktual terkait gerakan mereka di “teritorial tetangga”. Sip, sedikit banyak tahu dan semakin risih melihat gelagat mereka.
Yap, nilai-nilai kesucian itu telah terkotori dengan intrik-intrik busuk dan picik. Dulu, saya kira mereka adalah agen-agen terbaik penjaga nilai-nilai kesucian itu. Dulu, mereka selalu berlagak manis di depan kami para junior yang masih polos. Dulu, mereka mereka mengagung-agungkan persaudaraan dan janji-janji manis akan nilai-nilai kesucian. Tapi sekarang, lupakan senyum manis itu. Lupakan forum-forum persaudaraan dan janji-janji itu. Yang ada sekarang hanyalah nafsu kekuasaan. Menggeser dan menjauhkan orang-orang yang tak sepaham dengan mereka. Atas nama nilai-nilai kesucian, mereka melakukan cara-cara yang sebenarnya merusak hakikat kesucian itu sendiri. Ya, kesucian itu terlalu agung dan butuh waktu lama untuk menyelaminya. Tapi mereka, bahkan belum ada secuil mereka mendapatkan nilai-nilai itu. Jaringan mereka begitu kompleks. Berdalih nilai-nilai kesucian itu, pengkaderan mereka selalu mulus dan lancar dengan menggaet junior-junior polos yang haus akan pengalaman dan pengharapan nilai-nilai itu.

hope-in-hand.sarkisozlerik.com

Dan sekarang langkah mereka terpampang lebar di depan mata. Di “teritorial” yang saya tempati selama 3 tahun ini, setidaknya ada dua agenda besar dalam setahun. Dua agenda yang idealnya menjadi hajat seluruh warga teritorial bersama. Agenda yang seharusnya menjadi simbol kekompakan dan kesatuan bersama. Dan agenda yang akhirnya hanya menjadi boneka kekuasaan mereka. Tak ada namanya agenda milik bersama karena yang ada adalah agenda milik mereka. Tak ada lagi kekompakan dan kesatuan itu karena yang ada hanyalah rasa persaingan. Ya, dua agenda itu seperti telah di setting dengan skenario mereka. Semuanya hanya akal bulus mereka yang seakan-akan tertempel di jidat mereka –akulah yang berkuasa dan pengambil keputusan- . Ada yang penasaran apa kedua agenda tersebut? Yap, sebut saja pemilihan ketua BEM dan PPSMB Fakultas.
Selanjutnya, yang jadi pertanyaan adalah kemana orang-orang yang tak sepaham dengan mereka? Yap, sampai sekarang orang-orang itu beberapa ada yang masih sekedar bertahan, beberapa mencoba melawan, beberapa merasa lelah, dan beberapa masih galau dengan pikirannya sendiri. Sedikit melihat ke belakang, ada teman saya yang sungguh tersakiti dengan ulah mereka. Sakit karena mereka yang mengganggap sebagai sebagai saudara tiba-tiba terang-terangkan menusuk dari depan.

Komentar

  1. semoga masih ada yang bisa memahami ini semua, semoga masih ada wajah wajah pendobrak yang siap menghadapi kerasnya ini semua,,semangat mas

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II