Kuliner Halal -Taipei Series part V
Kuliner telah menjadi hal yang dicari dan diburu para pelancong yang mengunjungi suatu negara. Bahkan ada satu vlog kuliner terkenal di mana si empunya vlog mempunyai semboyan "I travel for food" sesuai dengan kalimat yang tertera di kaos hitam yang dipakainya.
Sedikit flashback tugas kerja ke sini pada dasarnya adalah untuk mengulas pangan halal. Pangan dalam arti produk pangan olahan yang diproduksi dengan skala industri. Alhasil dua hari selanjutnya yang saya lakukan adalah bertemu dengan para produsen produk pangan yang memproduksi produk halal dan menyuplai kebutuhan beberapa negara muslim, termasuk Indonesia yang merupakan pangsa pasar mereka. Mencicipi bubble (yang banyak digunakan di minuman berbasis teh dan susu) aneka rasa. Secara subyektif Saya lebih suka bubble berbahan dasar rumput laut yang menimbulkan efek seperti meletus di mulut dibanding bubble berbahan dasar pati yang padat dan membutuhkan usaha lebih untuk mengunyah. Si empunya bilang bahwa bubble rumput laut banyak disuplai ke Amerika dan bubble pati banyak disukai di Asia. Mungkin itulah mengapa kebanyakan bubble yang saya temui di Indonesia adalah jenis pati. Mereka pintar membuat tren dan menangkap peluang bisnis di dalamnya sehingga sebuah bubble pun bisa diproduksi dalam skala besar dan mampu memenuhi kebutuhan bubble di negara-negara yang demam tren bubble tea dan sejenisnya. Hari itu kami bisa dibilang mabuk bubble tea hehe
Masih ada beberapa lagi produk halal yang kami ulas, misalnya pasta atau selai mawar. Betul-betul dari kelopak bunga mawar. Aromanya harum. Rasanya? bisa dibayangkan sendiri ya. Ada pula popcorn dengan paduan flavor yang unik, misalnya kombinasi keju dan karamel. Lebih lengkapnya baca di Foodreview Indonesia edisi Agustus sampai Oktober ya.
Terlepas dari tugas wajib mereview produk-produk pangan halal. Saya juga tidak ingin melewatkan mencicipi kuliner halal khas Taiwan. Taiwan beef noodle menjadi kuliner halal incaran pertama. Alhasil, selepas tugas wajib selesai, malam harinya Saya, Pak Cik, Hiroto-san dan Raudha berburu si beef noodle. Berjalan sekitar 2 km dari hotel sambil menikmati kehidupan malam Taipei demi menemukan mi dengan kuah cokelat dan diberi topping daging sapi. Semacam mi ayam tetapi dengan cita rasa yang lebih otentik. Kaldu yang pas. Mi yang masih meninggalkan cita rasa khas karbohidrat dan teksturnya pas. Serta potongan daging sapi yang lumayan besar dan lembut. Berbeda dengan mi ayam yang sering kita temui di dalam negeri di mana flavor umami khas MSG mendominasi cita rasa mi. Hal menarik lainnya yang menarik dari resto yang kami kunjungi ini adalah mereka menyertakan bahasa Indonesia dalam daftar menunya. Tetapi ada yang lucu, tertera mi dengan topping perut wkwk, mungkin maksudnya iso babat kali ya. hmm
Sedikit flashback tugas kerja ke sini pada dasarnya adalah untuk mengulas pangan halal. Pangan dalam arti produk pangan olahan yang diproduksi dengan skala industri. Alhasil dua hari selanjutnya yang saya lakukan adalah bertemu dengan para produsen produk pangan yang memproduksi produk halal dan menyuplai kebutuhan beberapa negara muslim, termasuk Indonesia yang merupakan pangsa pasar mereka. Mencicipi bubble (yang banyak digunakan di minuman berbasis teh dan susu) aneka rasa. Secara subyektif Saya lebih suka bubble berbahan dasar rumput laut yang menimbulkan efek seperti meletus di mulut dibanding bubble berbahan dasar pati yang padat dan membutuhkan usaha lebih untuk mengunyah. Si empunya bilang bahwa bubble rumput laut banyak disuplai ke Amerika dan bubble pati banyak disukai di Asia. Mungkin itulah mengapa kebanyakan bubble yang saya temui di Indonesia adalah jenis pati. Mereka pintar membuat tren dan menangkap peluang bisnis di dalamnya sehingga sebuah bubble pun bisa diproduksi dalam skala besar dan mampu memenuhi kebutuhan bubble di negara-negara yang demam tren bubble tea dan sejenisnya. Hari itu kami bisa dibilang mabuk bubble tea hehe
Masih ada beberapa lagi produk halal yang kami ulas, misalnya pasta atau selai mawar. Betul-betul dari kelopak bunga mawar. Aromanya harum. Rasanya? bisa dibayangkan sendiri ya. Ada pula popcorn dengan paduan flavor yang unik, misalnya kombinasi keju dan karamel. Lebih lengkapnya baca di Foodreview Indonesia edisi Agustus sampai Oktober ya.
salah satu penjual halal Taiwan beef noodle |
Terlepas dari tugas wajib mereview produk-produk pangan halal. Saya juga tidak ingin melewatkan mencicipi kuliner halal khas Taiwan. Taiwan beef noodle menjadi kuliner halal incaran pertama. Alhasil, selepas tugas wajib selesai, malam harinya Saya, Pak Cik, Hiroto-san dan Raudha berburu si beef noodle. Berjalan sekitar 2 km dari hotel sambil menikmati kehidupan malam Taipei demi menemukan mi dengan kuah cokelat dan diberi topping daging sapi. Semacam mi ayam tetapi dengan cita rasa yang lebih otentik. Kaldu yang pas. Mi yang masih meninggalkan cita rasa khas karbohidrat dan teksturnya pas. Serta potongan daging sapi yang lumayan besar dan lembut. Berbeda dengan mi ayam yang sering kita temui di dalam negeri di mana flavor umami khas MSG mendominasi cita rasa mi. Hal menarik lainnya yang menarik dari resto yang kami kunjungi ini adalah mereka menyertakan bahasa Indonesia dalam daftar menunya. Tetapi ada yang lucu, tertera mi dengan topping perut wkwk, mungkin maksudnya iso babat kali ya. hmm
Halal Taiwan beef noodle |
Dan singkat cerita, siang harinya Alice (pihak Taiwan yang menemani kami selama bertugas) mengajak kami untuk makan siang ke resto Taiwan beef noodle. Awalnya kami sontak menolak dan mencari alternatif lain. Tetapi apa daya, mencari resto halal tidaklah mudah dan resto halal Taiwan beef noodle menjadi pilihan paling terjangkau lokasinya dari tempat kami bekerja hari itu. Karena porsinya yang cukup besar, akhirnya jadilah kami mabok beef noodle hari ini. Ya, karena malamnya kami makan beef noodle, sarapan hanya buah (dari sekian menu sarapan di hotel, yang sudah pasti halal hanyalah buah), dan siangnya kembali makan beef noodle. Andai perut bisa bicara, ia akan bilang,"saya butuh nasiii." wkwk
Tempat makan siang, sepertinya tidak jauh dari Taipei 101 |
Sebenarnya banyak kuliner khas dan jajanan pinggir jalan yang pengin dicoba, tapi apa daya yang kami temukan di sebuah situs informasi makanan halal Taiwan adalah beef noodle yang memang salah satu kuliner wajib yang harus dicoba. Kuliner lainnya? resto berlabel halal yang kami kunjungi adalah bukan penyedia makanan lokal, namun makanan luar, misalnya resto Turki dan Thailand.
Di sela tiga hari bertugas, kami juga menyempatkan mengunjungi Shilin Night Market. Mungkin semacam Malioboronya Taipei dengan atmosfer khas Pulau Formosa. Lagi-lagi saya, pak cik dan Raudha tidak berani mencicipi aneka macam kuliner jalanan malam lokal. Lagi-lagi karena kami tidak menemukan adanya penjual yang menampilkan logo halal sebagai jaminan halal atas makanannya. Pelajaran menarik bagi saya tersendiri menikmati hidup sebagai muslim di komunitas yang mayoritas tidak mengenal Islam. Bersyukur hidup di Indonesia yang digadang-gadang sebagai negara dengan komunitas muslim terbesar di dunia. Tetapi, sesekali keluar dari zona nyaman tidak ada salahnya kan ~
Komentar
Posting Komentar