Tentang Rizki dan Harta

Cerita ini dimulai ketika saya dan salah satu teman (sebut saja centong) ditugasi Eyang (Ibu Dosen kami) buat mencari tahu seluk beluk tentang geblek. Makanan yang namanya saya baru tahu ketika itu. Berhubung sedikit sekali pustaka tentang si geblek ini, akhirnya survei lapangan langsung menjadi pilihan yang harus dilakukan. Masalahnya Kulonprogo bukanlah tempat yang dekat ditengah kesibukan kuliah.

Demi Eyang dan demi honor (husstt..), kami pun berangkat ke Kulonprogo pagi buta. Tanpa referensi tempat, tanpa tahu mau ke daerah mana, pokoknya bismillah. Dan singkat cerita setelah sedikit muterin Wates kami berhasil seorang penjual geblek di depan Stasiun Wates.



Ibu Inem (samaran) namanya. Usianya tidak lagi muda, lebih pantas dipanggil nenek malah. Hampir tiap pagi jualan geblek dan sengek tempe benguk di depan Stasiun. Sampai sini semuanya berjalan wajar. Sampai ketika obrolan mulai masuk soal finansial, moment itu akan menjadi pelajaran berharga bagi kami berdua.

Jangan kira hanya dengan dagangan tersebut Mbah Inem ini tidak bisa apa-apa. Toh dia berhasil menyekolahkan anaknya sampai kuliah. Mbah, ngga berencana untuk mengembangkan jualannya mbah? Misal memperbanyak dagangan?. Beliau hanya menjawab, "saya sudah cukup dengan seperti ini Mas". "Yang penting jualan ya seperti ini, tidak ganti-ganti tapi menjalani terus yang telah dimulai. Pembeli harusnya kita kasih banyak, bukan kita yang mencari untung sebanyak-banyaknya", lanjut beliau. Rasanya nyess banget.

Dua hari kemudian, saya diajak diskusi tentang ekonomi dan kesajahteraan rakyat bersama orang-orang yang saya acungi jempol. Sore itu di halaman rektorat dan orang-orang didepan saya mulai berargumen. Ngga ngerti harus apa, cuma bisa menyimak, karena saya masih awam banget. Hmm, ternyata ini berkorelasi dengan kejadian 2 hari lalu. Mereka pasti membicarakan ekonomi dan sejahtera dari tolak ukur finansial. Ujung-ujungnya tentang uang.

Saya cuma bisa bercerita tentang Mbah Inem. Tentang istiqomah. Tentang Memberi yang lebih banyak. Tentang kecukupan. Ngga tahu hal tersebut ada di buku-buku ekonomi atau ngga. Yep, ketika seseorang sudah merasa cukup dan enjoy dengan keadaannya, apalagi yang diminta?. Cukup, menerima bahwa yang diberikan-Nya pasti pas buat kita.

Mbah Inem telah mengajarkan saya tentang arti rizki dan harta. Tentang mana yang seharusnya dicari dan mana yang tidak. Tentang mana yang kebutuhan dan mana yang sekedar keinginan. Tentang mana yang seharusnya dinikmati dan mana yang sekedar menjadi pajangan.

Sekian....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II