Kata siapa umat islam dilarang mengucapkan selamat natal?

Akhir-akhir ini, sejalan semakin dekatnya hari natal, berita-berita di medsos semakin suram. Semakin membuat mata ini sejenak merem-melek. Semakin runyem pula suasana hati. Yap, banyak banget berita yang mengkampanyekan tentang umat islam anti mengucapkan selamat natal. Kamu bisa cek sendiri dah.

Nggak tau kenapa saya tiba-tiba tergelitik untuk menuliskan ini. Sebenarnya selain masalah inti dari berita tersebut, tapi lebih kepada redaksionalnya. Berita-berita tersebut memberi kesan seakan muslim tuh keras, intoleran, memaksa, menyudutkan, dsb.

Sebagai muslim, rasanya miris banget. Atau bahasa gahol anak jaman sekarang "sakitnya tuh disini" hehe. Seperti kita melawan diri sendiri yang sebenarnya bukan diri kita. Seperti ingin teriak. Seperti ada pihak ketiga yang memang sengaja membuat runyam, membuat hal kecil menjadi besar, membuat kedua pihak semakin renggang.

Islam yang saya tahu tak pernah mengajarkan pemaksaan, penghinaan, dan sikap keras. Bahkan Islam itu mengajak, bukan menyuruh atau memerintah. Setahu saya, para ulama menerapkan amar ma'ruf nahi munkar (menyuruh kebaikan, dan mencengah kemungkaran) hanya diterapkan pada lingkungan internal (misal pondok pesantren), sedangkan ketika mereka terjun ke masyarakat (yang sebagian masih awam) yang dilakukan adalah dakwah alias mengajak. Tak ada perintah apalagi paksaan. Nah, jadi seharusnya memang harus bisa membedakan dahulu mana yang amar ma'ruf nahi munkar dan mana yang dakwah. Jangan malah salah dalam menempatkannya dan ujung-ujungnya dilatar-belakangi partai... huh.

Kata siapa umat islam dilarang mengucapkan selamat natal? Nah seharusnya berita-berita memuat point tersebut. Sumber mana sih yang menyatakan seorang muslim boleh atau tidak mengucapkan selamat natal? Karena semua yang muslim lakukan sekarang adalah atas dasar kenyakinan muslim terhadap sumber tertentu. Misal seorang muslim membaca bismillah dalam sholat karena mengikuti imam Syafi'i. Jadi beritakanlah sesuatu dengan jelas dan tuntas. Jangan berakhir abu-abu yang hasilnya malah beresiko menimbulkan mudharat.

Umat muslim tidak kekurangan orang pintar kok. Banyak ulama-ulama besar yang mumpuni. So, jika memang yakin mengucapkan natal itu dilarang, berpendapatlah dengan cerdas. Kenapa dilarang? Menurut/ mengutip pendapat siapa? Pluralisme? Memang Alloh melarang pluralisme? Bukannya perbedaan itu sebuah keniscayaan?
Jika memang yakin mengucapkan natal itu sah-sah saja, maka ungkapkan penjelasan dengan cerdas. Kenapa demikian? Menurut/mengutip pendapat siapa? Bukannya toleransi Islam tak boleh menodai aqidah? Apakah mengucapkan natal telah mengotori aqidah?

Datangnya keyakinan memang tidak serta merta. Memandang sesuatu dari 2 sisi berbeda adalah keharusan. Ketika kita meyakini untuk tidak mengucapkan selamat natal, selain kita tahu sumber hukumnya, kita juga harus tahu alasan mengapa muslim yang lain tetap mengucapkan natal. Yap, melihat dari 2 sisi. Jadi, tak ada saling sindir di antara muslim, tak ada saling menjatuhkan, tak ada saling menunjukan kekuatan. Yang ada hanyalah saling menerima bahwa kita sama-sama muslim dan kita tahu keyakinan masing-masing.

Oke, sekian tulisan kali ini. Ini adalah hasil dari kegemesan saya melihat berita-berita yang membawa nilai Islam tapi makin lama makin nyleneh. huh
Astaghfirulloh, Wassalam...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II