Road to Desa Mandiri Pangan


Ada pepatah yang mengatakan bahwa salah satu kesulitan utama dalam mencapai sesuatu adalah kemauan untuk memulai untuk mengerjakannya. Belajar dari situ, kami(anak-anak sosmas dan BEM) tak mau membuang-buang waktu untuk segera melaksanakan salah satu program kerja Departemen Sosmas yaitu Desa Mandiri Pangan. Progam ini adalah semacam program pembinaan masyarakat desa dimana kami lebih menitikberatkan di pengembangan potensi sektor pertanian. Di samping itu, kami juga kami juga berkeinginan untuk berperan serta dalam pengembangan pendidikan, sosial, lingkungan, serta kesehatan. Nantinya acara-acara insidental yang bakal ada antara lain adalah FTP Mengajar, Bakti Sosial, Go Green, serta pemberian beasiswa. Saya sendiri secara pribadi sangat berharap agar program ini bisa terlaksana dalam kepengurusan periode ini, karena 2 tahun sebelumnya progam ini sepertinya tidur panjang. Untuk itu, kami pun mempunyai keinginan untuk menjadi pionir dimana nantinya Desa Mandiri Pangan yang kami jalankan bisa terus berlanjut secara kontinu ke generasi selanjutnya. Untuk itu, kami pun harus menyusun konsep secara matang serta target-target yang akan dicapai. Mulai dari setiap bulan, tiap triwulan, dan tiap tahun. Semua itu tentunya membuat saya dan teman-teman untuk memutar pikiran sampai jauh-jauh hari ke depan. Melihat dari visi dan misi yang dibawa Sosmas dan BEM, tentunya Desa Mandiri Pangan begitu menarik perhatian. Baik dari pemerintah maupun pihak-pihak yang bergerak di bidang agro.
Oke, sekarang saya mau sedikit cerita tentang survei pertama kami ke desa. Senin, 30 April 2012 sekitar pukul 13.30, kami yang terdiri dari Mas Hendy(ketua BEM), Mas Hardi(Kadept Sosmas), serta saya dan Erwyn(staff) berangkat dari kampus ke suatu Desa(tepatnya dusun) tempat pengungsian korban Merapi yang dibuat oleh suatu lembaga independen bernama ACT. Dari hasil diskusi dengan tim ACT, diketahui bahwa disitu sampai sekarang didiami oleh 12 kepala keluarga atau sekitar 39 jiwa. Meskipun pertanian bukan mata pencaharian utama mereka, tapi sebenarnya bagus juga untuk dikembangkan. Di mata saya dan mungkin beberapa yang ikut dalam survei ini, mungkin tempat ini masih kurang memenuhi kemauan kami. Salah satu alasannya adalah tidak adanya anak-anak yang sekiranya butuh bimbingan belajar dan beasiswa pendidikan sebagai obyek program Desa Mandiri Pangan. Selain itu, saya pribadi berpendapat bahwa tempat tersebut adalah pengungsian yang berarti hanya bersifat sementara. Mungkin tahun depan bisa saja sudah kosong. Sedangkan yang menjadi tujuan awal kami adalah pembinaan desa secara terus-menerus, dalam arti warganya menetap. Yap, singkat cerita, setelah ngobrol sedikit lama kami pun pamit.
Ternyata, tanpa diduga hujan deras tiba-tiba datang. Kami pun menyempatkan melihat-lihat sekitar dilanjutkan Sholat Ashar. Sembari menunggu hujan reda, kami pun terlibat dalam obrolan ringan dan kocak. Karena saya sebagai staff biasa berada diantara Kadept dan Ketua. Tapi, disinilah awal ketidakadilan berpihak pada saya(huhu….kasian banget ya). Setelah menunggu setengah jam lebih dan hujan pun masih deras, kami pun memutuskan untuk balik. Nah, masalahnya sang Kadept tidak membawa jas hujan. Karena saya nebeng ke teman saya yang membawa jas ujan model ponco, saya pun pun memberikan jas hujan saya kepada sang Kadept. Ternyata hujannya semakin deras dan serta merta saya pun basah kuyup. Dari luar sampai dalam, dari atas sampai bawah. Sedangkan di lain sisi, Kadept saya hanya ketawa-tawa. Huh, benar-benar mau ditonjok nih orang(hahaha….). Dan lebih sialnya, tengah jalan saya baru tersadar satu hal. Saya ke kampus naik sepeda, yang berarti saya harus ke kampus dulu untuk mengambil sepeda dan dilanjutkan goes ke kontrakan. Tapi, gimana jadinya kalau sekarang ternyata jas hujan saya dipinjam si Kadept saya itu?. Walhasil saya pun harus bernostalgia dengan masa kecil saya dengan berhujan-hujan ria dari kampus ke kontrakan. Huh, salah siapa semua ini?. Padahal sudah sedia hujan sebelum payung(eh, kebalik ding…), sedia payung sebelum hujan. Tapi, ya sudahlah diambil hikmahnya saya. Ups, tapi buat kadept yang telah membuat saya seperti ini, tunggu balasan saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II