Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Tahap 1: TPA OTO Bappenas -CPNS Series Part III
Alhamdulillahirabbil’alamin, saya diberi kesempatan untuk lolos tahap seleksi kompetensi dasar (SKD) dan melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu seleksi kompetensi bidang (SKB). Berbicara tentang SKD, sepengamatan saya nilai-nilai di SKD CPNS 2019 ini relatif lebih tinggi dibanding tahun 2017. Dahulu, jarang sekali melihat peserta dengan nilai SKD mencapai 400. Namun, di tahun ini nilai 400 menjamur, baik di instansi pusat maupun daerah.
Untuk formasi yang saya daftar selisih nilainya
sangat sedikit dengan nilai SKD yang menurut saya lumayan gede. Entah saya yang kurang informasi atau memang persaingan di
instansi pusat sekompetitif ini. Peserta yang masuk peringkat 18 besar
(tiga kali jumlah formasi) dan berhak lanjut SKB ternyata memiliki nilai di
atas 400 semuanya dengan nilai tertinggi mencapai 420an. Hmm, cuma bisa menarik
napas dalam-dalam dan berusaha sebisa mungkin tetap tenang.
Kembali ke SKB, setahu saya SKB untuk masing-masing instansi
ataupun formasi tidaklah sama. Meskipun secara umum SKB menggunaan sistem CAT,
tapi banyak juga instansi atau formasi tertentu mempunyai metode lain dalam SKB
ini. Salah satunya adalah instansi yang saya daftar, yaitu Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Kementerian PPN) atau lebih sering disebut Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) di mana SKB dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu SKB 1 berupa tes potensi akademik (TPA); SKB 2 tes psikologi; dan SKB 3
wawancara. Adapun pada SKB 1 dan SKB 2 berlaku sistem gugur, yaitu jika peserta
tidak memenuhi passing grade yang
ditentukan maka otomatis gugur dan tidak dapat melanjutkan ke tahapan berikutnya.
Jadi, sebesar apapun nilai SKD tidak menjamin akan lolos ke tahap berikutnya. Saya
pun mendapati peserta dengan peringkat di atas saya harus gugur di SKB tahap 1
ini.
TPA OTO Bappenas
Jenis TPA yang dipakai di SKB ini adalah TPA OTO Bappenas.
Silakan browsing saja untuk informasi
lebih banyak. Saya sendiri belum pernah tes TPA ini yang mana dari hasil penelusuran
google, TPA ini mempunyai tingkat
kesulitan soal yang cukup menantang. Secara umum, TPA ini terbagi menjadi 3 sub
soal yaitu verbal, numerik dan penalaran dengan total waktu pengerjaan selama 3
jam. Masing-masing sub soal mendapat jatah waktu 1 jam. Berisi 250 soal yang terdiri atas 90 soal verbal, 90 soal numerik dan 70 soal penalaran. Jadi, bisa dibayangkan kan berapa alokasi waktu untuk mengerjakan 1 soal. Kayaknya hanya manusia super jenius yang bisa menjawab semua soal tanpa bermain tebak jawaban.
Dan TPA ini memang sulit. Apalagi bagi saya yang sudah lama
tidak melakukan tes semacam ini. Memerlukan pemanasan otak dan berusaha mengais
kembali memori-memori masa lalu yang entah bersembunyi di lobus otak bagian mana.
Setelah mencoba belajar dengan soal-soal dari internet, akhirnya saya menyerah
dan memutuskan untuk membeli buku TPA OTO Bappenas dengan niat supaya lebih
memahami soal.
Untuk sub soal verbal, saya mengakalinya dengan membuat catatan
sinonim dan antonim sebanyak mungkin. Saya tidak berusaha menghafalkannya
karena kasian dengan kemampuan otak saya ini hehe. Jadi saya hanya mencatatnya dan
akan membacanya di malam sebelum hari tes. Berharap ada beberapa kosa kata yang
terekam di memori dan keluar di soal. Tes verbal ini mungkin terlihat mudah
namun sebenarnya sulit jika kita tidak terbiasa dengan kosa kata - kosa kata
yang jarang di pakai khalayak umum. Banyak membaca menjadi salah satu kunci meningkatkan
kemampuan verbal kita. Misalnya adalah kata “regol” yang berarti “gapura”,
tetapi saya malah jawab “gang senggol” karena pelafalannya mirip wkwkwk.
Mengecoh sekali dan berakhir dengan main tebak jawaban.
Untuk sub soal numerik dan penalaran, saya memperbanyak
latihan soal. Merasa kemampuan di jenis soal ini masih tumpul sehingga harus
sering diasah. Bahkan ketika tes, saya pasrah karena banyak tipe soal yang sangat
berbeda dengan yang saya pelajari. Pokoknya sekali baca soal dan tidak paham,
saya langsung skip soal tersebut. Hal
ini karena waktu untuk mengerjakan 1 soal hanya 40 detik. Jika kita terfokus
dan berkutat menyelesaikan soal yang sulit, maka akan membuang waktu dan
mengurangi peluang mengerjakan soal yang lebih mudah dengan kemungkinan
memperoleh jawaban benar yang lebih tinggi.
Manajemen waktu sangat penting dalam pengerjaan TPA ini.
Membagi antara mengerjakan soal dengan cepat dan tepat, melingkari jawaban (TPA
ini menggunakan LJK, bukan CAT), dan berusaha mengerjakan semua soal terjawab
dengan kemungkinan benar yang tinggi.
Pelaksanaan
SKB 1 atau TPA ini bertempat di lokasi yang sama dengan
lokasi SKD. Panitia pun merespon keluhan tentang AC yang terlalu dingin ketika
SKD dulu sehingga ruang TPA dikondisikan dengan suhu yang tidak terlalu dingin,
bahkan terkesan panas karena otak juga ngebul
diberondong soal-soal TPA nan tidak tahu diri wkwkw. Dan waktu 3 jam pun terasa
berlalu begitu cepat. Pun di luar prediksi, soal-soal numerik benar-benar
menguras kemampuan berpikir. Alhasil, ketika waktu pengerjaan numerik selesai
saya belum sempat membulatkan jawaban dan harus berlanjut membuka halaman bagian
penalaran. Hal tersebut membuat waktu pengerjaan bagian penalaran harus rela
berkurang karena digunakan untuk membulatkan bagian numerik. Saya agak terbantu dengan bagian spasial meskipun harus buru-buru mengerjakannya.
Sumber: CNN Indonesia |
Akibat pandemi covid-19, SKB yang seharusnya dilaksanakan sekitar Maret-April 2020 terpaksa ditunda dan baru dilakukan September 2020. Pun karena Jakarta masih PSBB transisi, pelaksanaan TPA dilakukan sesuai protokol covid-19. Sebelum memasuki ruangan, seluruh peserta di-rapid test. Bagi peserta yang reaktif akan disediakan ruangan tersendiri. Salut untuk kinerja panitia pelaksana.
Pengumuman Hasil
Hasil TPA keluar sekitar 2 minggu setelah tes. Cukup cepat
dan mengobati rasa deg-degan selama menunggu hasil tes. Bappenas menentukan passing grade sebesar 565. Angka yang
lebih besar jika dibandingkan dengan nilai minimal untuk masuk kuliah
pascasarjana dalam negeri.
Dan di hari itu, saya tahu ternyata SKB tahap 1 ini menggugurkan
banyak sekali peserta. Mungkin dari sekitar 500an peserta, hanya 121 yang
berhasil lolos passing grade. Pun dengan
formasi saya, dari 18 peserta hanya tersisa 7 orang yang berhak lanjut ke SKB
tahap 2. Alhamdulillah, saya termasuk di antara peserta yang memenuhi passing
grade dan berkesempatan melanjutkan ke tahap berikutnya.
Ok, sekian tulisan pengalaman saya mengikuti TPA OTO
Bappenas dalam tes CPNS 2019. Semoga bermanfaat. Bagi yang berkenan, silakan
lanjut membaca tulisan tentang SKB 2, yaitu tes psikologi.
Terima kasih.
Thankyou for sharing this one 🤗
BalasHapus