Mengenal Rare Sugar: Gula Alternatif Rendah Kalori
Masalah kesehatan global seperti obesitas, hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes menunjukkan peningkatan yang cepat di mana salah satu pemicu utamanya adalah tingginya asupan akan pangan dengan kandungan gula dan lemak. Oleh karena itu, rare sugar rendah kalori menjadi perhatian menarik bagi para peneliti untuk dikembangkan dalam produk pangan.
Komunitas Internasional Rare Sugar (ISRS, International Society of Rare Sugar) menjelaskan bahwa rare sugar
adalah monosakarida dan turunannya yang terdapat di alam dalam jumlah yang
langka. Pengertian tersebut mendeskripsikan bahwa sebagian besar monosakarida
merupakan rare sugar dan hanya 7 jenis gula yang secara alami terdapat dalam
jumlah melimpah, yaitu D-glukosa, D-fruktosa, D-galaktosa, D-mannosa, D-ribosa,
D-xylosa, dan L-arabinosa.
Meskipun terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, rare sugar telah
diketahui mempunyai banyak fungsi terdapat sistem biologis tubuh. Hal tersebut
membuat ingridien ini mempunyai potensi yang besar untuk industri pangan dan
farmasi. Beberapa jenis rare sugar dari kelompok gula alkohol seperti xylitol,
mannitol dan erythritol secara luas telah diaplikasikan sebagai pemanis rendah
kalori. Rare sugar lainnya, D-tagatosa mempunyai potensi sebagai agen
antidiabetes dan pengendalian obesitas. Adapun D-allulosa yang mempunyai
aktivitas antitumor, anti-inflamasi, antihipertensi, efek cryoprotektif, dan
immunosuppresant. L-monosakarida menjadi prekursor penting senyawa-senyawa fungsional,
misalnya L-tagatosa merupakan bahan awal untuk sintesis deoxygalactojirimycin
(DGJ); L-sorbosa merupakan senyawa intermediate untuk pembentukan vitamin C
atau L- asam askorbat; dan L-fruktosa secara efektif berfungsi dalam
penghambatan enzim glikosidase (Zhang, dkk., 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Yun dkk. (2015) tentang penggunaan rare
sugar sebagai agen antikaries pada gigi menunjukkan bahwa jenis gula
3,6-anhydro-L-galaktosa (AHG) dari mikroalga mempunyai kemampuan antikaries
yang lebih daripada xylitol yang sekarang banyak digunakan pada pangan.
Diketahui bahwa AHG mampu menghambat Streptococcus mutans, bakteri utama
penyebab pembusukan gigi. Dengan konsentrasi
10 g/l, AHG menghambat pertumbuhan S. mutans dan produksi asam. AHG
hanya memerlukan konsentrasi yang lebih sedikit dibandingkan xylitol yang
membutuhkan konsentrasi sekitar 40 g/l dan pertumbuhan S. mutans masih terjadi.
Hal tersebut menjelaskan bahwa AHG dapat diaplikasikan sebagai ingridien
antikaries baru untuk mengurangi karies gigi.
Produksi rare sugar
Zhang dkk (2017) menjelaskan bahwa secara umum sintesis rare sugar secara
kimia akan menghasilkan limbah kimia dan produk samping lainnya, serta
membutuhkan banyak reaksi dan manipulasi gugus fungsional. Oleh karena itu,
produksi rare sugar dengan memanfaatkan enzim dianggap lebih ramah lingkungan.
Selain itu, metode enzimatis juga mempunyai kelebihan seperti pengaturan
kondisi reaksi yang relatif mudah dan tingkat spesifikasi yang tinggi, efisien,
dan berkelanjutan. Namun demikian, yield yang diperoleh dari hasil produksi
enzimatis tetap harus memenuhi untuk produksi rare sugar skala industri,
misalnya pada produksi xylitol. Beberapa produksi rare sugar secara biologi
dalam skala besar dapat dilihat pada Tabel 1.
Selain sebagai salah satu jenis rare sugar yang langsung diaplikasikan pada
produk, xylitol juga merupakan bahan baku untuk produksi jenis rare sugar
lainnya seperti L-lyxosa, L-xylosa dan L-arabinosa karena efisien secara
ekonomi (Gambar 1). Terkait produksi xylitol, Granstrom dkk (2007) menjelaskan
bahwa proses pembuatan xylitol komersial secara kimia telah dikembangkan
sekitar tahun 1970-an. Kemudian, muncul beberapa metode produksi xylitol
sebagai alternatif dari proses kimia yang telah ada, misalnya metode dengan keseimbangan
reduksi-oksidasi dari S. cerevisiae dan
strain Candida. Namun, meskipun
produktifitas xylitol dengan metode mikrobiologi dapat ditingkatkan, misalnya
dengan proses fed-batch, akan tetapi metode kimia tetap lebih kompetitif dari
sisi industri. Metode kimia dalam skala industri dapat menghasilkan xylitol
dengan yield antara 50 – 60%.
Tabel 1. Beberapa
produksi rare sugar secara biologi dalam skala besar
Rare sugar |
Biokatalis |
Kondisi operasi |
Konsentrasi substrat |
Produksi (g/L) |
Produktivitas (g/L h) |
D-allulosa |
A.Tumefaciens Kease
terimobilisasi |
pH 9; suhu 55oC |
500 g/L D-fruktosa |
325 |
527 |
D-tagatosa |
Geobacillus stearothermophilus L-AI terimobiliasi |
pH 8; suhu 60oC |
300 g/L D-galaktosa |
145 |
54 |
Xylitol |
Fermentasi Candida tropicalis |
pH 6,5; suhu 30oC |
200 g/L D-xylosa 20 g/L D-glukosa |
182 |
12 |
Mannitol |
Lactobacillus intermedius |
pH 5; suhu 37oC |
100 g/L D-fruktosa 50 g/L D-glukosa |
94,7 |
28,4 |
Erythriol |
Pseudozyma tsukubaensis |
pH 6; suhu 34oC |
400 g/L D-glukosa |
245 |
2,86 |
Sumber: Zhang dkk (2017)
Gambar 1. Produksi xylitol dari D-xylosa dan perannya sebagai bahan dasar jenis rare sugar lainnya |
Produksi rare sugar dengan mendekatan enzimatis membutuhkan usaha lebih
lanjut untuk pengembangan metode yang lebih efektif. Beberapa tantangan utama
dalam produksi rare sugar dengan metode enzimatis untuk skala industri adalah
terkait optimasi pH basa, stabilitas enzim yang lemah terhadap panas, rendahnya
efisiensi reaksi katalitik, rasio konversi, serta pemenuhan persyaratan
keamanan pangan. Untuk mengatasi masalah-masalah terebut, diperlukan pemilihan
enzim dan modifikasi molekuler
menggunakan mutagenesis langsung pada sisi enzim, mutagenesis secara
acak, dan lain sebagainya. Zhang dkk (2017) menjelaskan bahwa dengan pemilihan
enzim dan modifikasi molekuler dapat
diperoleh mutan dengan sifat-sifat yang sangat bagus seperti pH asam yang
optimal, kuat dan stabil terhadap panas serta efisiensi katalitis yang tinggi.
Referensi:
Zhang, Wenli., Zhang, Tao., Jiang, Bo., Mu,
Wanmeg. 2017. Enzymatic approches to rare sugar production. Biotechnology Advances
Research Review. Doi: http: 10.1016/j.biotechhadv.2017.01.004
Granstrom, Tom Birger., Izumori, Ken., Leisola,
Matti. 2007. A rare sugar xylitol. Part II: biotechnological production and
future applications of xylitol. Application Microbiology Technology, 74:
273-376g
Yun, E.J., Lee, A.R., Kim, J.H., Cho, K.M., Kim, K.H. 2016. 3,6-Anhydro-1-galactose, a rare sugar from agar, a new anticariogenic sugar to replace xylitol. Food Chemistry. Doi: http://dx.doi.org/10.1016/j/foodchem.2016.11.066
Declaimer: Artikel ini sebelumnya telah terbit di Majalah Foodreview Indonesia. Lebih lengkapnya silakan kunjungi www.foodreview.co.id atau email: langganan@foodreview.co.id
Komentar
Posting Komentar