Strategi Pengurangan Garam dalam Produk Bakeri
Garam merupakan
bahan pangan yang sangat umum ditambahkan dalam berbagai produk pangan. Garam
memberikan pengaruh terhadap cita rasa produk dan memiliki beberapa sifat yang
menguntungkan, misalnya kelarutan dalam air yang baik serta fungsi garam dalam
menurunkan aktivitas air.
Penyakit
kardiovaskular, misalnya darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung
merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Konsumsi garam yang
tinggi berkaitan erat dengan timbulnya penyakit di atas. Oleh karena itu, Badan
Kesehatan Dunia (WHO, World Health
Organization) merekomendasikan asupan Natrium (Na) dengan batas < 2 gram
per hari.
Silow dkk. (2016)
menjelaskan bahwa roti dan produk sereal lainnya memberikan kontribusi sebesar
30% dalam konsumsi garam pada masyarakat Eropa. Meskipun terlihat mudah, upaya
pengurangan kandungan garam dalam produk bakeri tidak mudah karena garam
memegang peran dalam kemudahan proses produksi dan karakteristik kualitas
produk akhir. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil akhir penurunan garam
dibutuhkan strategi dan reformulasi produk. Beberapa teknik telah ditujukan
untuk pengurangan garam dalam bakeri, misalnya dengan pendekatan penggunaan
pengganti garam (salt replacer),
penguat rasa (taste enhancer), sourdough, dan garam terencapsilasi (encapsulated salt).
Bahan pengganti garam
Pengurangan
konsumsi garam salah satunya dapat dilakukan dengan mengganti komponen garam
dalam produk pangan dengan bahan pengganti garam, yaitu ingridien yang memberikan
cita rasa asin namun tidak mengandung Natrium di mana garam biasanya
menggunakan satu atau campuran dari beberapa garam anorganik. Kation Natrium
dapat digantikan dengan satu atau kombinasi dari anion, seperti Kalium, Kalsium
dan Litium.
Israr dkk. (2016)
menjelaskan bahwa Kalium klorida menjadi ingridien pengganti garam yang paling
banyak digunakan. Perlu diperhatikan tingkat penggunakan Kalium klorida sebagai
pengganti garam karena penggunaan di atas 30% akan berdampak pada munculnya
rasa metalik dan sisa rasa (aftertaste)
pahit. Penggantian 20% Natrium dengan Kalium menghasilkan roti dengan cita rasa
yang dapat diterima, namun penggantian sebanyak 40% memberikan efek pada cita
rasa yang tidak diinginkan. Usaha untuk menutup atribut sensoris yang tidak
diinginkan dari penggantian Natrium dengan Kalium masih menjadi tantangan
sehingga solusi yang memungkinkan adalah tidak mengganti sepenuhnya, namun
dengan substitusi NaCl dengan KCl.
Terkait dengan
umur simpan bakeri, Israr menambahkan abhwa penggunaan garam membantu
meningkatkan umur simpan bakeri di mana garam berperan dalam kontrol
pertumbuhan jamur dan bakteri kelompok Bacillus. Bakteri ini menimbulkan off
flavor dan discoloration pada produk bakeri dengan kandungan gula dan lemak
tinggi. Oleh karena itu, pengurangan garam mungkin akan berpengaruh terhadap
stabilitas produk. Adapun efek antimikrobia dari KCl terhadap bakteri patogen
mirip dengan garam.
Penguat rasa
Penguat rasa
merupakan ingridien yang membantu untuk modifikasi atau mengingkatkan
intensitas penerimaan rasa atau bau produk pangan di mana ingidien ini tidak
memiliki cita rasa tersendiri. Penggunaan penguat rasa dapat menyeimbangkan
cita rasa asin dan mengurangi kandungan garam para produk dengan mengaktivasi
reseptor rasa pada mulut dan kerongkongan. Beberapa contoh penguat rasa adalah
nukleotida, ekstrak yeast, glutamat, dan asam amino.
Jimenez-Maroto
dkk. (2013) melakukan percobaan dengan mengurangi 10-50% garam pada roti putih
dan mengganti garam dengan ingridien dari kedelai terfermentasi, serta
menambahkan penguat rasa alami dengan konsentrasi 25-100%. Ia menjelaskan bahwa
pengurangan garam sampai 40% dengan penggunaan penguat rasa alami tidak
memeranguhi cita rasa roti, namun penggunaan lebih dari itu memungkinkan
berpengaruh pada warna, yaitu crust
dan crumb lebih gelap.
Sourdough
Sourdough sebenarnya telah digunakan sebagai leavening agent roti sejak dulu. Dalam
beberapa tahun terakhir, ingridien yang merupakan hasil fermentasi campuran
tepung dan air ini kembali banyak digunakan karena sifat fungsionalnya dalam
memperbaiki kualitas bakeri. Sourdough
memberikan efek positif terhadap bakeri dari segi flavor, tekstur, menurunkan staling, dan mencegah spoilage. Selain itu, sourdough juga digunakan dalam rangka
memenuhi tren clean label karena sifatnya yang alami dan dapat menggantikan
bahan tambahan pangan.
Sourdough mempunyai potensi
untuk menggantikan flavor dan karakteristik bakeri yang berkurang akibat
penurunan garam. Roti yang mengandung bakteri asam laktat (BAL)- hasil fermenasi wheat
germ- memiliki rasa asin yang lebih tinggi. Hal tersebut diperkiraan karena
adanya kombinasi efek asidifikasi dan
proteolisis. Penambahan sourdough
dari fermenasi rye malt dengan
glutamat yang terakumulasi dari strain Lb.
reuteri diketahui mampu mengurangi kandungan garam pada roti antara 1,5 –
1%, tanpa mengurangi cita rasa dan paramater kualitas lainnya (Silow dkk.,
2016).
Garam terencapsulasi
Penggunaan garam
terancapsulasi menjadi alternalif lain dalam pengurangan garam. Israr dkk.
(2016) menerangkan bahwa roti dengan kandungan garam terencapsulasi sebesar 1%
mempunyai rasa asin yang sama dengan roti yang mengandung garam kristal 2%. Di
samping itu, garam terencapsulasi dengan ukuran 1000 µm tidak memengaruhi penerimaan konsumen
dalam hal cita rasa asin. Namun, pada garam terencapsulasi ukuran 2000 µm, intensitas rasa asin meningkat sehingga
mengurangi penerimaan konsumen.
Referensi:
Israr, T., Rakha, A., Sohail, M., Rashid, S.,
Shehzad, A. 2016. Salt reduction in baked products: strategies and constraints.
Trends in Food Science and Technology, doi: 10.1016/j.tifs.2016.03.002.
Silow, C., Axel, C., Zannini, E., Arendt, Elke K.
2016. Current status of slat reduction in bread and bakery products – A review.
Journal of Cereal Science, doi: 10.1016/j.jcs.2016.10.010.
Jimenez-Maroto, L. A., Sato, T., Rankin, S. A.
2013. Saltiness potentiation in white bread by substituting sodium chloride
with a fermented soy ingredient. Journal of Cereal Science, 58, 313-317.
Declaimer: Artikel ini sebelumnya telah terbit di Majalah Foodreview Indonesia. Lebih lengkapnya silakan kunjungi www.foodreview.co.id atau email: langganan@foodreview.co.id
Komentar
Posting Komentar