Rindu | Karena semua tanya membutuhkan jawaban
Wahai laut temaram, apalah arti memiliki? jika diri kami sendiri bukanlah milik kami.
Wahai laut lengang, apalah arti kehilangan? ketika sebenarnya kami menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan.
Wahai laut sunyi, apalah arti cinta? ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin kami tertunduk patah hati, atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun.
Wahai laut gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami sedang rindu? hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.
Kapan ya saya terakhir nulis resensi? hmm... (nanya ke tembok)
Setelah beberapa lama akhirnya saya berkesempatan lagi ngebaca novel Tere Liye. Ternyata tetap sama seperti karangan penulis di buku-buku sebelumnya. Meskipun saya ngga mengikuti semua buku Tere liye, tapi alur dan isi yang hendak disampaikan si penulis sedikit bisa ditebak. Bukan sebuah kekurangan sih kalau menurut saya, justru hebatnya penulis ya bisa ngebuat sesuatu yang sebenarnya ngga baru tapi tetap menarik dan bahkan lebih menarik dari waktu ke waktu.
Rindu bercerita tentang manusia-manusia dalam sebuah perjalanan laut mfenuju Jeddah. Berlatar tahun 1940an sehingga penulis memberikan sisi-sisi jaman penjajahan juga. Melihat dari sudut pandang berbeda, bahwa si penjajah juga masih manusia yang manusia. Jadi, hubungan pribumi dengan penjajah juga mencakup hubungan pertemanan. Anda bisa melihat dari karakter Kapten Phillips, sang Koki, dan Ruben.
Ada beberapa tokoh yang sering disebut seperti, Gurutta, Andipati, Mbah Kakung, Ambo, Bonda Upe, serta si penghibur Anna dan Elsa. Ceritanya mirip novel karangan penulis yang lain "Rembulan tenggelam di wajahmu". Bedanya adalah pertanyaan-pertanyaan itu hadir dari tokoh-tokoh yang berbeda. Ingin tahu apakah pertanyaan-pertanyaan mereka?
Dengan alur yang maju dan latar tempat yang sama, yaitu kapal, membinuat awal cerita terkesan hambar. Sekilas seperti hanya berisi rutinitas harian yang datar tanpa konflik. Ups, tapi sayang kalau pembaca menyerah pada titik itu. Karena entah kenapa Tere Liye jago ngebuat cerita yang terkesan biasa tapi ngga biasa. Saya sendiri hampir menyerah ketika sampai setengah, apalagi dipotong agenda liburan. Tapi akhirnya selesai juga. hehe
Overall ini novel recomended buat dibaca, terutama buat kamu yang ngga suka novel berat dengan cerita yang rumit. Rindu mengajarkan beberapa hal bagaimana seharusnya kita hidup, tanpa cerita yang dibuat rumit, tanpa dibuat perfeksionis, tapi makna dan pesannya tetap kuat.
Selamat membaca :)
Rindu | Tere Liye | Republika | Cetakan I, Oktober 2014
sumber : www.putrapunyacerita.com |
Komentar
Posting Komentar