Sebuah Pembuktian -Pimnas part VII


12 September 2013 | 19.30

Bismillah… saya langkahkan kaki saya turun dari mobil. Akhirnya rombongan edan nan eksklusif, Pak De Purwo & CMC Tongkol Jagung, sampai juga di tempat perhelatan akbar ini. Meskipun mendung, namun nampaknya langit Lombok tak akan mencurahkan tetesan hujannya malam ini, begitulah harapan kecil kami semua yang ada disini.

Kami lihat kontingen UGM dan universitas-universitas lain telah memenuhi halaman rektorat Unram yang disulap seperti pasar malam. Ada panggung, tenda, tempat lesehan, serta aneka makanan khas Lombok menyatu dalam satu tempat, satu kemeriahan, dan satu pengharapan. Inilah acara pengumuman para juara pimnas 2013. Huh, apapun rasanya ini tapi saya mencoba untuk tetap santai. Dan mungkin teman-teman kelompok saya juga merasakan hal yang sama. Karena sedari siang belum ada pengisi perut, maka para peserta pun langsung menyerbu tempat makan. Jadi masing-masing dibolehkan memilih menu yang ada. Menu yang saya sebut sate Lombok dan lontong balungan dihiasi antrean para pengikut nafsu perut.

Du, mau ambil apa? Makan yuk”, ajak salah seorang dari CMC Tongkol Jagung
Hmm, nggak ah. Nggak pengin makan aku. Nyicip aja ntar”, balas saya

Dan ternyata para punggawa Pak De Purwo juga merasakan hal yang sama. Kami tak ada yang bernafsu makan malam ini. Mungkin karena kami terpikir menunggu pengumuman, karena kami optimis, karena kami berharap, karena kami benar-benar berharap mendapat yang terbaik di pinmas ini. Rasa lapar pun hilang digantikan dengan harapan pulang medali emas. “Gua nggak makan ah, dapet emas dulu baru makan….haha” celoteh salah satu dari Pak De Purwo dan saya mengamininya dalam hati. Akhirnya saya, Mas Fandi, dan Mas Hardi nggak ada yang makan. Kami hanya membuat rusuh si CMC Tongkol Jagung yang sedang menikmati makanan dengan segala kerempongannya.

Ibu haji & pengikutnya



detik-detik penentuan
Singkat cerita acara pun dimulai. Masing-masing kontingen menempati spotnya sendiri-sendiri. Kami duduk di bagian belakang kontingen UGM karena terlambat masuk. Suasana ramai riuh mulai nampak ketika sesi pengumuman dimulai. Masing-masing kontingen menyuarakan jargonnya, mengibarkan bendera identitas universitasnya, meneriakan harapan juaranya, dan berdoa. Suasana kompetisi begitu terasa disini, semuanya berharap menjadi yang terbaik disini, di Pimnas ini. 

Sang proklamator pun mulai mengumumkan pemenang sesuai kelasnya PKM masing-masing. Hati ini berdesir ketika kami, kontingen UGM, menyuarakan bismillah bersama-sama. Kami semua berharap, kami semua menunggu pembuktian ini, pembuktian atas kerja keras dan semangat kami. Pengumuman pemenang poster pun dimulai dan dilanjutkan pemenang presentasi. Universitas yang disebut namanya sebagai pemenang akan dengan suka citanya meluapkan kegembiraannya. Dan saya, dengan rasa yang nggak menentu, pun ikut berteriak seru ketika teman satu kontingen mendapatkan medali.

Pengumuman poster pun dimulai. Meskipun poster tak lebih bergengsi daripada presentasi. Namun kami semua mengharapkan ini. Dan tibalah saat yang ditunggu. Meskipun kami lebih fokus dengan presentasi, harapan-harapan kecil tetap ada di hati kami. Dan kami benar-benar tak menyangka ketika mendengar rangkaian kata-kata ini.

Kelas PKM-M IV | kategori medali perak | nama ketua Miftahudduha, Universitas Gadjah Mada

Alhamdulillah, Subhanallah, Engkau mendengat doa kami. saya ingin tertawa mendapati kami ada disini sekarang. Berbekal tekad yang kami himpun sejak berbulan-bulan lalu. Waktu itu saya sangat suka dengan kalimat yang diungkapkan dalam 5 cm yang kurang lebih berbunyi :

Yang kita perlu sekarang cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang berserah serta mulut yang akan terus berdoa.

Dan tiba lah saat yang lebih penting yaitu pengumuman juara presentasi kelas PKM-M, PKM yang kami geluti beberapa bulan ke belakang. Sepi, kontingen UGM diliputi kesenyapan karena hanya ada 2 kelompok PKM-M dari UGM yang sampai ke tahap ini. Hanya kami kelompok Pak De Purwo dan kelompok Brequette la Bendo. UGM menaruh harapan besar untuk kami. 15 detik saya hitung mundur, 10 detik, saya serahkan semuanya kepada-Mu ya Allah, Engkau lah yang tahu apa yang terbaik buat kami. Huh, saya berpegangan tangan dengan sahabat centong saya. Menunduk dalam. Yap, di detik-detik terakhir ini kami dan saya pribadi benar-benar telah ikhlas menerima apapun keputusan dari Mu. Bismillah, Bismillah…. 

Selanjutnya untuk kelas PKM-M IV, medali emas diraih oleh Miftahudduha, Universitas Gadjah Mada.

Subahanallah | Allahu Akbar | Emas dan Perak ditangan kami, di tangan Pak De Purwo. Sorak sorai menghiasi detik-detik itu. Akhirnya kami bisa menyumbangkan sedikit yang kami miliki untuk almamater tercinta UGM, menghiasi nama FTP UGM, membahagiakan orang tua kami dan warga desa, mengukir sejarah baru bagi BEM FTP UGM dan FTP Care.



Pak De Puwo



FTP Care & BEM FTP UGM turun ke desa



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II