Jogja Oh Jogja



Ditemani hujan yang tidak begitu deras mengguyur kota Jogja, menikmati sepiring jamur krispi dan segelas lemon tea panas bareng temen-temen serasa begitu nikmat. Alhamdulillah, terima kasih ya Alloh. Mumpung malam belum larut, kami pun sempatin dengan obrolan ringan. Dari hasil survei dan iseng nanya-nanya teman, ternyata hampir semuanya setuju kalau Jogja itu kota yang ngagenin alias membuat kangen. Banyak alasan dan cerita yang berbeda tentunya untuk masing-masing orang. Dan kali ini saatnya saya untuk cerita tentang Jogja, yang saya sanggup ingat tentunya.hehe

Tiga tahun tinggal di daerah barat(RED : pinggiran Jakarta) membuat saya bisa merasakan banyak perbedaan ketika mulai menjejaki Jogja ini. Mulai dari cara ngomong, tingkah laku masyarakat, teman, dan masih banyak lagi. Salah satu kecanggungan yang benar-benar berasa adalah perubahan kata sapaan dari gue/gua & lo/lu menjadi aku & kamu. Meskipun saya sendiri orang jawa, tapi tetap saja segalanya seperti menjadi serba salah dan aneh. Bagaimana tidak, kata “aku kamu” di daerah barat dikonotasikan dengan orang dengan hubungan dekat(pacaran). Lha, di jogja kan jadi berasa h**o kalau sesama cowo bicara aku kamu. Tapi, itulah keistimewaan Jogja dengan berbagai keberaturan bahasanya.  

Dimana coba ketika nyari tempat tinggal(RED : kontrakan) ada orang yang bersedia nunjukin dan nganterin kita? tanpa imbalan lagi. hmm…waktu itu pas saya dan teman saya sedang mencari kontrakan baru dan bertanya ke seseorang di daerah target. Ehh, saya jadi merasa nggak enak sendiri karena yang ditanya malah seperti jadi guide muter-muter daerah itu dan nunjukin rumah yang dikontrakan. Weleh-weleh, terima kasih bapak guide kontrakan….hehe

Mau hujan atau tidak hujan, mencuci tentunya tetap menjadi agenda wajib bagi anak kontrakan kayak saya. Masalahnya, saya menjadi tidak enak sendiri karena jemuran selalu diangkatin ibu-ibu tetangga. Berhubung hampir pulang kontrakan selalu sore atau bahkan malam, jadi tahu-tahu jemuran sudah dipindahin ke teras rumah tetangga. Begitu juga dengan jemuran teman satu kontrakan saya. Bahkan beberapa kali ibu tetangga ketok-ketok pintu malam-malam pas gerimis untuk mengingatkan jemuran yang belum diangkat. Enak bener ya hidup di Jogja, semuanya ada ngingetin (ehh, jadi ngiklan nih…). Selain itu, kemarin pas saya dan teman saya mau pulang dari masjid dan hujan dengan derasnya mengguyur, seorang ibu yang rumahnya tak jauh dari masjid datang membawa payung yang sengaja untuk dipinjamkan kepada kami. Bukan ojek payung yang biasa ada di tempat-tempat keramaian lho. Ini resmi sifatnya membantu. matur nuwun sanget nggih Bu…

Yang tidak kalah menarik dari Jogja adalah murah. Kalau dibandingkan dengan Jakarta dan Bandung, Jogja relatif lebih murah. Satu paket hidangan seperti pada awal tulisan ini harganya sama dengan nastel(nasi telur) di tempat saya tinggal dulu. Lumayan lah bagi anak-anak kuliahan.
Sebenarnya masih banyak yang bisa diceritain, tapi tidak bijak kalau terlalu panjang.  Oke, cukup sekian tulisan saya kali ini. Ohya, selamat tahun baru ya bagi kalian yang merayakannya….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II