Interaksi Mikroorganisme dalam Membentuk Kualitas dan Keamanan Produk Keju
Interaksi antara mikrobia satu dengan mikrobia lainnya berperan dalam pembentukan karakter keju seperti cita rasa, umur simpan dan aspek keamanan keju, misalnya pada keju Cheddar digunakan Streptococcus cremoris, Streptococcus lactis, Streptococcus diacetylactis, dan lactobacilli; keju Cottage Streptococcus diacetylactis; dan keju Swiss menggunakan kultur yang sama seperti Cheddar namun dengan penambahan Propionibacterium shermanii.
Masing-masing mikrobia mempunyai peran spesifik dalam membentuk sifat keju. Propionibacterium shermanii memproduksi gas sehingga memberikan karakter lubang-lubang pada keju Swiss. Selain itu, Penicillium requeforti membentuk gurat biru yang merupakan ciri khas pada jenis keju tertentu. Berbagai kelompok mikroorganisme lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. Keberadaan mikrobia juga memengaruhi kondisi pH keju di mana jika dilihat dari nilai pHnya, masing-masing keju mempunyai nilai yang berbeda, misalnya keju Camembert, Cheddar dan Requefort mempunyai kisaran pH 7,0 – 5,5; serta keju Cottage mempunyai pH 5,3 – 4,5.
Tabel
1. Mikroorganisme dalam beberapa jenis keju
Kelompok
organisme |
Mikroorganisme
|
Jenis
keju |
Bakteri |
Cornebacteria
|
red smear ripened, washed rind |
Micrococcus spp. |
||
Lactobacillus spp. |
Keju
keras dan semi keras |
|
Pediococcus spp. |
||
Propionibactria
|
Kelompok
keju Swiss |
|
Yeast
|
Kluyveromyces lactis |
Keju
biru, Soft mould ripened, red smear
ripened, washed rind |
Saccharomyces cerevisiae |
||
Candida utilis |
||
Debaromyces hansensii |
||
Rhodosporidium infirmominiatum |
||
Jamur
(mould) |
Penicillium camemberti |
Soft mould ripened (Brie,
Camembert, Coulommiers) |
Geotrichum candidum |
||
Penicillium roqueforti |
Keju
biru (Danish Blue, Roquefort, Stilton) |
Sumber:
Forsythe (2000)
Irlinger
dan Mounier (2009) menjelaskan bahwa dalam pengembangan dan peningkatan cita
rasa keju, salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menambahkan
kultur mikrobia yang dapat berinteraksi secara efektif dengan kultur starter
dan kultur pada proses pematangan. Kultur yang ditambahkan tersebut dapat
meningkatkan cita rasa karena kemampuannya dalam memproduksi enzim yang
berperan dalam pembentukan aroma, misalnya S-methylthiocetate dapat
ditingkatkan dengan produksi ester dari yeast Kluyveromyces lactis. Selain penambahan kultur, pendekatan lain
yang dilakukan adalah penggunaan bakteri asam laktat (LAB, lactic acid bacteria) autolisis sehingga akan meningkatkan reaksi
proteolisis sehingga mempercepat pembentikan cita rasa keju.
LAB
merupakan kelompok bakteri mesofil dan dapat tumbuh dalam rentang suhu 5 – 450C
serta mampu tumbuh dalam kondisi pH sampai 3,8 dan menghasilkan asam laktat.
LAB juga memproduksi beberapa jenis zat antimikrobia termasuk asam organik,
hidrogen peroksida, nisin, dan bakteriosin. Nisin merupakan senyawa baktriosin
yang paling banyak diteliti, dihasilkan oleh Lactococcus lactis subsp. lactis
dan mampu mencegah pertumbuhan bakteri gram positif. Kemampuan LAB dalam
mencerna protein dan asam amino menjadi bagian penting dari proses pematangan
dan pembentukan cita rasa keju.
LAB digunakan untuk mencegah dan mengontrol pertumbuhan Listeria monocytogenes dan bakteri perusak lainnya termasuk Clostridium tyrobutyricum. Fungsi perlindungan dari kultur bakteri tertentu terjadi karena kemampuannya dalam membentuk metabolit antagonis seperti bakteriosin dan peptida. Sampai sekarang terdapat beberapa jenis bakteriosin yang bersumber dari mikroorganisme dalam keju yang mempunyai efek pencegahan terhadap Listeria monocytogenes (lihat Tabel 2) . Salah satu kasus keracunan pangan akibat Listeria monocytogenes terjadi pada tahun 2000 di mana bakteri ini mengontaminasi homemade latin-style fresh cheese yang diperdagangkan dari rumah ke rumah di Carolina Utara, Amerika Serikat mengakibatkan tiga kelahiran prematur dan dua kasus infeksi saat bayi baru lahir dari total 10 wanita hamil (Schmidt dan Rodrick, 2003).
Tabel
2. Aplikasi bakteriosin dalam mencegah Listeria
monocytogenes pada keju segar dan keju lunak
Bakteriosin
|
Sumber
|
Penggunaan |
Enterosin
416K1 |
Enterococcus casseliflavus |
Bakteriosin
terjerat dalam polimer film |
Cerein
8A |
Bacillus cereus |
Aplikasi
dalam permukaan bakteriosin |
Enterocin
A dan B |
Enterococcus faecium |
Kultur
tambahan pada brine dan smearing solution |
Lacticin
3147 |
Lactococcus lactis |
Membentuk
lapisan lunak (smeared) pada
permukaan keju |
Nisin
dan Pediosin PA-1 |
Rekombinasi
Lactococcus lactis |
Kultur
starter |
Enterocin
A |
Rekombinasi
Lactococcus lactis |
Kultur
starter |
Sumber:
Irlinger dan Mounier (2009)
Metode lain pencegahan Listeria monocytogenes adalah dengan pemeraman keju pada rak-rak kayu. Mariani dkk. (2011) menjelaskan bahwa komponen mikrobia yang membentuk biofilm dalam rak kayu dapat memperlambat laju pertumbuhan Listeria monocytogenes. Baik pada strain 481 maupun strain 162 menunjukkan pengurangan jumlah setelah 12 hari pemeraman. Namun, hal sebaliknya berbeda pada rak kayu yang telah disterilisasi terlebih dahulu di mana Listeria monocytogenes menunjukkan peningkatan yang signifikan pada setelah pemeraman.
Referensi:
Mariani, C.,
Oulahal, N., Chamba, J.-F., Dubois-Brissonnet, F., Notz, E., Briandet, R.
Inhibition of Listeria monocytogenes
by Resident Biofilms Present onWooden Shelves Used For Cheese Ripening. 2011.
Food Control 1357-1362.
Irlinger,
Fancoise dan Mounier Mounier, Jerome. Microbial Interaction inCheese:
Implication for Cheese Quality and Safety. 2009. Current Opinion in
Biotechnology. 20: 142-148
Forsythe, S.J.
2000. The Microbiology of Safe Food. Blackwell Science. Oxford
Schmidt, Ronald
H. dan Rodrick, Gary E. 2003. Food Safety Handbook. John Wiley & Sons, Inc.
New Jersey
Komentar
Posting Komentar