Tips Membuat Artikel untuk Media Massa


Artikel yang saya maksud disini adalah artikel media massa ya, bukan artikel di media sosial yang berisi cerita bebas, pengalaman pribadi, sampai curahan hati yang dibumbui irisan bawang.
Ada beberapa jenis artikel media, namun saya akan menyederhanakannya menjadi dua macam, yaitu artikel ringan dan artikel mendalam (indepth). Keduanya bisa merupakan artikel hasil reportase dan bisa juga hasil riset sendiri. Oke, berikut saya akan jelaskan beberapa tips dan proses yang dilalui untuk membuat sebuah artikel hingga akhirnya terbit di media yang dituju.

Pertama, ikuti aturannya. Masing-masing media massa atau penerbitan pasti mempunyai aturan tersendiri. Misalnya, tentang panjang artikel atau jumlah kosa kata. Pastikan kita mengikuti aturan ini. Jangan membuat artikel yang panjangnya jauh melebihi ketentuan karena (i) editor banyak kerjaan, dan artikel panjang itu belum tentu dipandang bagus oleh di editor, dan (ii) kalau pun artikelnya bagus, editor akan memotong artikel itu sampai batas ketentuan karena keterbatasan ruang (khususnya untuk media cetak ya). Dan pekerjaan memotong artikel itu tidak mudah. Bisa jadi artikel harus dipotong lebih banyak karena adanya ruang untuk ilustrasi, dsb (curhatan mantan editor).

Kedua, tata bahasa. Point ini sebenarnya sangat relatif dari satu penerbit ke penerbit lain. Jadi, mending kita rajin baca dan kenali tata bahasa di media yang kita tuju. Misalnya ada media yang memang menfokuskan diri untuk pembaca profesional dan semi ilmiah, ada pula media dengan pembaca kelas mahasiswa dan muda-mudi yang bahasanya lebih luwes dan bebas. Sebagai contohnya bisa dilihat gaya bahasa artikel indepthnya tirto.id dengan artikel-artikel renyahnya mojok.co.

Ketiga, efektif. Yap, pembaca pastinya tidak mau dibuat muter-muter dalam menangkap informasi dari artikel yang kita buat. Contohnya pada artikel hasil reportase di mana harus ada aspek 5W+1H. Terlihat gampang tapi perlu latihan juga dalam prakteknya. Misalnya ketika kita mengutip kalimat dalam sebuah acara, harus jelas : “isi kutipan: harga pangan stabil menjelang ramadhan, dimana daerah mana saja? Berapa harga stabilnya per item pangan?,” ungkap deputi x kementerian x, bapak x pada acara x yang diselenggarakan pada tanggal xx di x. Jadi, harus lengkap yap.

Ke-empat, tentang sumber. Ini juga kita harus perhatikan kembali aturan masing-masing penerbitan. Namun secara umum aturannya adalah (i) untuk sumber orang, bubuhkan gelar atau jabatan atau apapun yang melatarbelakangi orang tersebut cocok menjadi narasumber di artikel kita (ii) untuk sumber lainnya, pastikan kita berikan keterangan baik berupa sitasi maupun catatan kaki.

Kelima, tentang data. Hal ini masih menjadi tantangan di negeri kita. Tidak jarang karena terbatasnya sumber data, kita harus riset sendiri. Sedikit cerita, pada suatu akhir bulan setelah gajian saya pernah menyengaja membeli hampir semua jenis minuman RTD teh dan kopi demi mendapatkan data ingredien yang dipakai di produk RTD dalam negeri. Mulai dari teh produknya Sosro, Indofood-Asahi (2 tahun lalu), ABC, Mayora,  Coca cola, Suntory, Orang tua, dan lainnya. Pun dengan RTD kopi mulai dari produknya Nestle, ABC, Mayora, Indofood, Santos Abadi Jaya, dan lainnya. Bersyukurlah ada teman yang tiba-tiba main ke kostan dan membantu icip-icip produk. Lain cerita dengan salah seorang kenalan di media berbasis data (sebut saja b***tagar.id) harus membeli data mentah ke BPS. Data mentah lho bayangkan saja. Dan dia harus menyerahkannya pada orang statistik untuk diolah dulu. Namun, untuk data-data yang bersifat umum dan global, kita bisa mendapatnya secara gratis/berbayar di banyak market research. Dulu saya sering iseng-iseng minta data free sample, misalnya ke euromonitor, innova market insight, mintel, dsb dsb.


Sekian tips dari saya, jika ada yang kurang mungkin akan saya tambahkan di posting selanjutnya.
semoga bermanfaat ~~~





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II