Albumin Ikan sebagai Ingridien Fungsional
Albumin merupakan jenis protein yang paling banyak terdapat dalam plasma darah manusia. Dalam keadaan normal, kandungan albumin sekitar 50% dari total protein dalam darah. Beberapa aktivitas tubuh yang memerlukan peran protein berhubungan dengan struktur protein tersebut, misalnya albumin mempunyai struktur yang fleksibel dan menjadi komponen utama yang menjaga regulasi distribusi cairan antar ruang dalam tubuh.
Peran albumin lainnya adalah berkontribusi dalam menjaga
tekanan osmotik tubuh. Hal ini karena berat molekulnya yang rendah, yaitu 67
kDa, lebih rendah dibandingan globulin. Di samping itu, struktur tersier albumin
mempunyai kemampuan untuk berikatan dan membawa metabolit berukuran kecil
seperti zat besi, asam lemak, bilirubin, dan komponen obat. Karena fungsinya
yang penting dalam sistem regulasi tubuh, konsumsi protein perlu diperhatikan
untuk menstimulasi pembentukan albumin dalam tubuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Januar dkk. (2015) terhadap
17 jenis ikan di pasar tradisional Indonesia memberikan hasil bahwa kandungan
serum albumin ikan (FSA, fish serum
albumin) berkisar antara 3,49 - 12,61 g/l. Tingkat albumin dalam plasma
juga berhubungan dengan protein yang diserap tubuh sehingga penurunan kandungan
albumin menjadi indikator kekurangan atau defisiensi protein.
Selain dikonsumsi dari sumbernya langsung, albumin juga
dapat diperoleh dalam bentuk suplemen ataupun produk pangan. Ikan telah banyak
diteliti sebagai bahan pangan yang kaya kandungan albumin, misalnya ikan gabus mempunyai
kandungan albumin yang tinggi. Asfar dkk. (2014) mengatakan bahwa adanya
albumin dalam kepala ikan dapat diperoleh melalui ekstraksi yang menghasilkan
konsentrat protein ikan (FPC, fish
protein concentrate). FPC mirip dengan produk bubuk ikan, bedanya FPC
diperuntukkan untuk manusia sedangkan bubuk ikan dipakai untuk pakan. Ekstraksi
albumin dari kepala ikan diharapkan menjadi sumber albumin alternatif lebih
murah.
Dibandingkan dengan sumber albumin yang lain, albumin dari
ikan gabus memiliki kandungan yang lebih sedikit daripada jenis sumber yang
lain seperti putih telur, tepung terigu, maupun kacang kedelai. Namun,
kandungan asam amino pada ikan gabus memiliki nilai yang hampir sama dengan
kandungan asam amino pada putih telur. Selain albumin, ikan gabus juga memiliki
mineral seng yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan sumber dari pangan lain
seperti tuna, telur ayam, dan telur bebek (Tabel 1). Sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa kekurangan mineral seng diasosiasikan dengan rendahnya
tingkat cita rasa. Anak-anak yang memililki kandungan seng yang rendah pada
rambut mereka memiliki penyimpangan dalam merasakan cita rasa (Piliang, 2006).
Tabel 1. Kandungan mineral seng pada beberapa sumber produk pangan
Sumber |
Kandungan seng |
Ekstrak ikan gabus |
3,34 |
Ikan gabus |
0,4 |
Tuna |
1,6 |
Telur ayam |
1,5 |
Telur bebek |
1,8 |
Sumber: Santoso (2009)
Pada ekstraksi protein ikan jenis Channa striatus diperoleh kandungan konsentrat protein albumin
antara 1,78% sampai 20,8% di mana digunakan perlakuan memakai HCl 0,1 M dengan
pemanasan pada suhu 50 – 600C selama 10 menit. Adapun ekstraksi
dengan pelarut air tanpa pemanasan menghasilkan yield yang paling tinggi, yaitu
6,41% dan kandungan protein 76,13% (Asfar dkk., 2014).
Dalam produk pangan, albumin salah satunya dapat menjadi
ingridien fungsional pada biskuit. Diketahui bahwa biskuit yang diproduksi
dengan tepung yang difortifikasi dengan albumin kepala ikan (biskuit ikan) menghasilkan
pengaruh yang lebih baik daripada biskuit dengan protein dari susu (biskuit
susu). Sari dkk. (2014) melakukan penelitian pada kelompok anak yang
mengonsumsi kedua jenis biskuit tersebut di mana kandungan protein kedua
biskuit mempunyai kandungan energi dan protein yang sama. Setelah mengonsumsi
60 g biskuit selama 56 hari, diketahui bahwa terjadi perbedaan asupan energi
dari kelompok biskuit ikan dan biskuit susu. Kelompok biskuit ikan mempunyai
kontribusi lebih besar terhadap asupan gizi daripada kelompok biskuit susu
(Tabel 2). Rata-rata immunoglobulin (IgG) mengalami kenaikan dan IgG pada
kelompok biskuit ikan lebih tinggi, yaitu 0,88 ± 0,58 mg/ml dibandingkan IgG kelompok
biskuit susu yang mengalami penurunan, yaitu -60,31 ± 81,73 mg/ml. Kelompok biskuit ikan juga mengalami kenaikan
rata-rata albumin yang lebih tinggi, yaitu 0,48 ± 0,32 g/dl dibandingkan
kenaikan albumin pada kelompok biskuit susu, yaitu 0,05 ± 0,13 g/dl.
Selain pada roti, albumin ikan gabus dapat juga digunakan
untuk fortifikasi sebagai produk pangan kesehatan seperti ice cream, puding,
bubur, abon, fish nugget dan permen
jelly dengan menggunakan konsentrat albumin ikan gabus. Konsentrat tersebut
dapat menjadi sumber protein dan mineral yang dapat memenuhi nilai gizi suatu
produk pangan. Fri-29 dan Fri-35
Tabel 2. Kontribusi asupan biskuit susu dan biskuit ikan terhadap
kebutuhan asupan energi
Zat gizi |
Kebutuhan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) |
Konsumsi |
|
Biskuit susu |
Biskuit ikan |
||
Energy (kal) |
1550 |
146 ± 76 |
217 ± 72 |
AKG (%) |
9,4 ± 4,9 |
14,64 ± 4,26 |
|
Protein (g) |
39 |
1,7 ± 0,9 |
5,8 ± 1,9 |
AKG (%) |
4,29 ± 2,23 |
14,75 ± 4,87 |
|
Zn (mg) |
9,7 |
0,56 ± 0,29 |
3,81 ± 1,26 |
AKG (%) |
5,8 ± 1,7 |
39,26 ± 17,65 |
|
Fe (mg) |
9,0 |
0,29 ± 0,15 |
4,82 ± 1,59 |
AKG (%) |
3,27 ± 3,02 |
53,52 ± 12,95 |
Sumber: Sari dkk. (2014)
Referensi:
Januar, Hedi
Indra., Fajarningsih, Nurrahmi Dewi., Zilda, Dewi Seswita., Bramandito,
Aditya., Wright, Anthony D. 2015. Concentration of fish serum albumin (FSA) in
the aqueous extract of Indonesian Perciformes fishes’muscle tissue. Natural
Product Research: Formerly Natural Product Letters.
Asfar,
Muhammad., Tawali, Abu Bakar., Abdullah, Nurlaillah., Mahendradatta, Meta.
2014. Extraction of albumin of snackehead fish (Channa striatus) in producing
the fish protein concentrate (FPC). International Journal of Science &
Technology Research. Vol. 3, Issue 4.
Sari, Dewi
Kartika., Marliyati, Sri Anna., Kustiyah, Lilik., Khomsan, Ali. 2014. Role of
biscuits enriched with albumin protein from snakehead fish, zinc and iron on
immune response of under five children.
Pakistan Journal of Nutrition 13 (1), 28 – 32.
Piliang WG
and Soewondo D. 2006. Nutrition Physiology. Vol 2. IPB Press, Bogor
Santoso,
A.H., 2009, Potential of Snakehead (Channa striata) Extract as Hepatoprotector
on Paracetamolinduced Rat, Bogor Institute of Agriculture
Declaimer: Artikel ini sebelumnya telah terbit di Majalah Foodreview Indonesia. Lebih lengkapnya silakan kunjungi www.foodreview.co.id atau email: langganan@foodreview.co.id
Komentar
Posting Komentar