Lose my letter, lose my dream?
Pagi yang berawal seperti biasa.
Dimulai dengan terkantuk-kantuk saat shubuh datang dan aktifitas rutin lainnya
telah menunggu di depan mata. Tak ada yang spesial sebelumnya, yang terpikir di
benakku sekarang adalah agenda penelitian, deadline draf kajian makanan tradisional,
deadline laporan kerja praktek (yang sebenarnya sudah melampaui deadline), dan
agenda-agenda kecil lain yang harus aku lakukan hari ini.
Kajian aqidah ternyata, baru ingat
kalau hari ini adalah jumat. Hari yang seharusnya menjadi hari spesial bagiku
sebagai seorang muslim. Ampuni hamba ya Alloh…
Masih berjalan seperti biasa, aku
sudah siap dengan buku tulis untuk mencatat materi yang penting. Dan biasanya
10 menit kemudian aku sudah mulai terkantuk-kantuk mendengarkan ceramah. Tapi,
oke ini tidak biasa. Aku masih terjaga dengan mataku. Aku masih tersadar dengan
apa yang sedang aku dengar dan tulis.
Ternyata kajian aqidah pagi ini
sedikit banyak berbeda dengan kajian sebelumnya yang terkesan monoton. Hmm…
yap, ini lebih tepat untuk dikatakan sebagai materi training motivasi. Yang
spesial adalah beliau membumbui materi yang biasanya bersifat umum itu dengan
nilai-nilai aqidah. Oh God, inilah yang hamba butuhkan saat ini.
Materi pun mengalir sedikit demi
sedikit hingga sampai lah pada saat pemutaran video. Video yang awalnya saya
kira belum pernah melihatnya itu, ternyata adalah video yang sama yang saya
nonton -kurang lebih- 5 tahun lalu. Yap, video yang benar-benar menyemangati.
Video yang sekilas biasa namun tak biasa. Video yang mengingatkan saya pada
tangis sendu teman-teman seperjuangan saya dulu. Video yang sempat terlupakan
dalam memori saya.
Sampai sini, mengapa tulisan ini
saya beri judul Lose my letter, lose my dream? Yap, diakhir ceramah aqidahnya
beliau berhasil mengingatkan aku kembali tentang surat itu. Surat yang saya
buat hanya dalam 10 menit. Surat yang ditulis dengan ketergesaan dan sedikit
keterpaksaan. Membayangkan dulu kami semua disuruh menuliskan sebanyak mungkin
impian kami. sebanyak mungkin dalam waktu kurang lebih 10 menit. Dan akhirnya
saya hanya berhasil menuliskan 50 mimpi yang –nahasnya- sudah hilang tersesat
dalam memori otak. Sang pembicara waktu itu hanya menyuruh kami untuk membuka
surat itu disuatu saat yang pas di masa depan kami masing-masing.
Yang menggelitik saya saat ini
adalah dimana surat mimpi-mimpi saya? Sampai saya menuliskan ini saya belum
berhasil mengingat dan menemukannya. Yang berhasil saya ingat adalah beberapa
mimpi kecil yang tanpa sadar -tanpa melihat surat itu- telah saya –dengan ijin
Alloh- lakukan, seperti kuliah di UGM, mendapat beasiswa, naik pesawat,
menulis buku, dan ada beberapa lagi yang mungkin bagi sebagian orang semua itu
hanyalah hal kecil yang bisa dilakukan.
Dimana surat mimpi saya? Haissh…
otak ini belum mau diajak kompromi untuk mengingatnya. Ya Alloh, boleh lah saya
kehilangan coretan-coretan mimpi itu, tapi jangan lah mimpi-mimpi itu
menghindar dari saya. Yakin, jalan-Mu adalah yang terbaik…
By the way, sedikit cerita, atau
lebih tepatnya curhat…wkwk. Sejak saat penulisan surat itu sampai semester 3
kemarin saya selalu menuliskan capaian-capaian jangka pendek tiap semester. Tapi,
entah mengapa beberapa semester setelah itu saya berlalu dan tidak membuat
daftar target-target saya. Dan inilah daftar target saya di semester 7 ini. Daftar
capaian yang hampir saya lupakan. List mimpi kecil yang terselip diantara
buku-buku lain dan saya berhasil membukanya lagi pagi ini. Mohon diaminin ya
kawan.
- Kerja praktek dan PP 2 selesai,
- Penelitian (ngelab) beres,
- Skripsi minimal sampai bab 3,
- IPK > 3,52
- Ngajuin proposal PKM,
- Income mandiri 400000/bln,
- Nabung 100000/bln buat keperluan wisuda,
- Aktif dan gerakin Indonesia Madani Foundation (IMF),
- Belajar bahasa inggris,
- Banyakin tilawah, tahajud, dan dhuha ya Duh…
- Sedekahnya banyakin Duh… jangan ragu-ragu,
- Ngeblognya lebih rajin dong…
- Menginjungi tempat-tempat menarik di Jogja yang belum pernah dikunjungi (ada listnya),
- Wisata kuliner Jogja Solo.
Segitu saja untuk semester 7 yang
tinggal separo ini, semoga bisa diusahakan dengan maksimal. Seperti kata-kata
salah satu pemateri kajian, kurang-lebih seperti ini :
Akhir upaya terbaik kita adalah awal datangnya pertolongan Alloh swt.Lakukan olehmu apa yang bisa kau lakukan, maka Alloh lakukan padamu apa yang engkau tidak bisa lakukan.
Oke, sekian dulu tulisan
saya kali ini. Fuh fuuhh… ceritanya lagi ngebersihin blog yang mulai berdebu.
Terima kasih untuk pagi ini. Special thanks to Ust. Alif dan arek-arek
Baiturrahman.
Komentar
Posting Komentar