Palembang #1 | Mubes HMPPI


Beberapa minggu lalu, 21-24 November tepatnya . Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk melihat sisi lain dari Indonesia yang selama ini saya kenal. Indonesia yang hanya sebatas Pulau Jawa. 20 tahun hidup di negeri ini, bisa dihitung jari saya menginjakan kaki di tanah luar jawa. Padahal, negeri ini nggak cuma jawa kan. Huh, apa Indonesia terlalu luas ya? Sehingga menjadi nasib bagi orang seperti saya yang pengen mengenal negerinya lebih dekat menjadi hal yang teramat sulit.

Oke, back to the real world. Palembang sudah di depan mata. Urusan tiket sudah beres jauh-jauh hari dan sekarang saya dihadapkan dengan realita bahwa rencana ke Palembang yang telah tersusun rapi ini bertabrakan dengan jadwal praktikum. Praktikum dengan dosen pengampu yang di cap paling horor di jurusan saya, sekaligus dosen yang menjadi DPA saya selama kuliah. Betapa beruntungnya saya…huhu Alhasil, beberapa kali saya harus rela berhadapan dan merasakan atmosfer horor yang selalu menyertai beliau. 

Perjalanan ke Palembang kali ini bukan tanpa sebab musabab yang shahih(?).  Yap, saya dipercaya menjadi salah satu delegasi Universitas untuk menghadiri Mubes HMPPI(Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia). Kalau soal jalan-jalan, sebut saja itu sebagai bonus.

Jujur, ini baru kali kedua saya ke sumatra dan pertama kali menyambangi kota empek-empek ini. Di luar dugaan, ternyata Universitas yang kami tuju tidak lah terletak di kota Palembang sehingga memerlukan waktu satu jam lebih untuk sampai disana. Sampai ke kampus Universitas Sriwijaya Inderalaya. 

Satu hal yang menjadi perhatian saya dalam satu jam lebih tersebut adalah hamparan lahan gambut sepanjang mata memandang. Gambut oh… Gambut. Layaknya lahan yang tidak produktif, luas namun liar, seperti tak bertuan. Gambut, sangat asing bagi saya yang notabennya orang jawa. Oke… yang pikiran saya kenapa lahan gambut tersebut dibiarkan liar dan tak memberikan manfaat yang berarti. Pastinya Alloh SWT menciptakan gambut ada sabab-musababnya kan ya? Apa lahan gambut nggak bisa diapa-apain? Sayang pake banget deh itu lahan ditelantarin. Coba aja dibuat tambak, bisa nggak ya? *mikir*

Satu hal lagi yang menyita perhatian saya adalah saya cukup tercengang melihat kampus yang kebakaran. Tepatnya adalah lahan kampus yang dibakar, sangat mengagetkan mungkin bagi orang polos seperti saya. Yap, kampus Unsri memang luas. Luas pake banget, sampai didalamnya ada terminal. Dan saking luasnya, saya merasa seperti di hutan. Mungkin kalau di UGM ada hutan di dalam kampus, bagi saya ini adalah kampus dalam hutan…haha. Dan hutan itulah yang mengalami kebakaran, atau dibakar lebih tepatnya. Bahkan di lingkungan akademis pun cara yang superprimitif(maaf) masih di pakai untuk mengelola lahan. Huh… *mikir lagi*

Tiga hari berlalu, dan #jengjeng….nggak ada waktu bagi saya untuk jalan-jalan. Lagi-lagi alasan klasik anak kuliahan. Apalagi kalau bukan agenda praktikum yang mengejar. Huh, tak apa lah. Tapi setidaknya saya banyak mengenal sisi lain Zamrud khatulistiwa. Merasa lebih asing dengan kondisi nyata negeri sendiri. *miris*

Oke… nggak sempat jalan-jalan dan akhirnya bandara pun menjadi obyek jemprat-jempret yang cukup menghibur… #Lol

Narsis dulu yak.. :p



Oke... nantikan tulisan saya tentang Palembang berikutnya ya...
Wassalam :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part I

CLIMB

Tangan Tuhan atau Tangan Tuan? part II