Seuntai Kisah
“Assalamu'alaikum warahmatullohi wabarakatuh”
suara serempak anak-anak cewe itu seketika terdengar dari kelas ku. Ku lihat lewat jendela anak-anak cewe angkatan AXIVIC, angkatan 14 Insan Cendekia berbaris rapi sembari tersenyum cerah menyambut pagi, mengucapkansalam di depan koridor gedung sekolah tercinta.
suara serempak anak-anak cewe itu seketika terdengar dari kelas ku. Ku lihat lewat jendela anak-anak cewe angkatan AXIVIC, angkatan 14 Insan Cendekia berbaris rapi sembari tersenyum cerah menyambut pagi, mengucapkansalam di depan koridor gedung sekolah tercinta.
“Singa...singa...tutup pintunya dong!!...biar cewe-cewe itu ga' bisa masuk...” suara Rendi itu mengalihkan perhatianku. Singa.. , nama aslinya Alim, nama yang bagus tapi malah diplesetin jadi singa dan sempurna sudah jati diri Alim karena belum lama ini dia mendapat gelar ‘ternganga’ dari asosiasi siswa- siswi yang menamakan diri mereka D'byux (ga’ hafal kepanjangannya). Tapi, singa alias alim yang selalu tenang dan enjoy dengan dirinya.
“Ga' mau Ren....lo aja sendiri....”
“Ah...singa ga' asyik!!!” celetuk anak-anak cowo yang lain.
“Iya....singa ga' asyik” Rendi berkata sembari menampakan muka kesalnya. Rendi berjalan menuju pintu dan menutup serta menahannya kuat- kuat agar jangan sampai busa dibuka ole anak- anak cewe. Akhir akhir ini derajat keisengan rendi memang meningkat, ga’ tahu kenapa alasannya. Tapi, sebenarnya semua anak- anak cowo di kelasku memang punya sifat iseng. Baru saja sampai kelas, aksi-aksi mereka sudah dimulai seperti yang dilakukan Rendi hari ini.
Dengan
kuat Rendi menahan pintu agar tidak bisa dibuka olah anak cewe.
Anak-anak cowo yang lain cuma ngliatin aja sambil ketawa-tawa ga’ jelas.
Apanya yang lucu, pikirku.
“eh, buka dong ! buka…”
“Iya, buka dong….”
“Bukaaa…” Brisik banget kan anak-anak cewe kelasku…hugh.
“pasti Mede tu…..” Alfa dengan lantangnya berkata di depan kelas.
“pasti, siapa lagi kalu bukan mede” timpal Hasyim.
“kalau bukan mede paling- paling Eva” akhirnya ketua suku angkat bicara.
Mede emang pastas banget menyabet penghargaan sebagai anak ’teronton’dari d’Byux. Anak- anak cowo seneng banget kalu disuruh ngecengin mede. Pokoknya ada aja sesuatu yang dipermasalahkan soal mede. Lain lagi dengan Eva, meskipun eva dekat dengan mede tapi eva lebih punya benteng pertahanan buat menghadang semua ejekan dari anak-anak cowo. Eva itu cewe d’byux yang paling hobi makan, setiap ada pembicaraan mengenai makanan, mesti otaknya langsung loading dengan cepat. Pantas aja kalu dia mendapat julukan ‘terisi’. Ada juga yang memanggilnya beruang ,sedangkan si mede dengan sembunyi- sembunyi dipanggil wanita perkasa. Sampai-sampai si jago musik d’Byux, Ihsan mencipkan lagu tentang mereka berdua. Ihsan itu idenya ada-ada aja…..
Suasana pun berlanjut seperti biasa. Cewe- cewe pada kesel karena dengan terpaksa harus duduk di bangku depan. Dan kekecewaan cewe adalah kepuasan bagi anak cowo, terutama Rendi karena keisengannya berhasil kali ini.
Bel tanda masuk berbunyi.
“Ngeh …..ngaji ngeehhh” seperti biasa singAlim memberikan aba-aba untuk memulai ngaji. Meskipun hanya qiro’ah satu halaman, tapi setidaknya itu sudah cukup membuat hatiku tenang karena akan menghadapi pelajaran yang paling bikin pusing. Apalagi kalau bukan matematika. Hugh…..
“lo udah selesai PRnya, Fa…?” tanyaku pada alfa yang kebetulan duduk disampingku.
“belum nih…baru mau nyelesein. Lo gimana?”
“belum juga ….lihat dong!!”
Pintu di buka, guru matematika pun masuk kelas. Dengan segera beliau mematikan lampu bagian belakang. ‘ga’ gelap kan?....pintunya dibuka aja biar ga’ panas!!!’. Seperti biasa beliau tersenyum. tapi senyum sinis yang agaknya dibuat-buat sekan-akan tahu kalau banya anak yang belum nyelesein PR. Aduh aku ga’ boleh suuzhan, Astagfirulloh….
Tiba- tiba
“Irfad nomor 3, Ihsan 4 , Awi 5 , kamu, kamu dan kamu, 6,7,8” dengan wibawa matematikanya menunjuk anak-anak untuk maju ngerjain soal. Untung untuk sesi pertama ini aku lolos darinya. Irfad, Ihsan dan Awi adalah andalan kalau disuruh ngerjain soal. Saking seringnya sampai- sampai pada hafal , abis Irfad pasti Ihsan yang maju atau sebaliknya.
Irfad sebagai pemimpin d’Byux atau anak cewe sering menyebutnya ketua suku udah berjuang sekuat tenaga untuk nilai metematikanya. Mungkin nilainya sempat turun gara-gara fokus di OSIS. Tapi, kalau masalah olahraga dia adalah jagonya sampai- sampai dia mendapat gelar ’seTerong’ dari anak-anak. Beda lagi dengan Ihsan, cowo yang menyabet penghargaan sebagai anak ’terserah’ versi d’Byux ini sampai-sampai tidak percaya kalau dia berhasil lolos TB 4 matematika.
“udah lah…gue pasti remed” katanya waktu itu.
“eh…ga’ San! Lo ga’ remed kok”
“iya San, lo beneran ga remad kok. Percaya deh…” timpal yang lain.
“ahh… pasti bo’ong nih. Kalian semua. ” Ihsan tetap kekeh dengan pendiriannya hingga akhirnya sang ketua suku membawakan kertas daftar nilainya dan Ihsan baru percaya kalau dia benar-benar ga’ remed. Senangnya…………..
mereka semua sudah selesai maju dan sekarang sesi selanjutnya dimulai. Harap- harap cemas untuk ditunjuk. Tiba- tiba
“Miftah...kamu latihan 5 nomor 7, yang G dan H ! !!” aku sudah menduga akn kebagian maju juga. Tapi saat ku lihat buku cacatanku ternyata aku belum mengerjakannya sedikitpun. “Fa, lo tahu ga' ini caranya gimana?” tanyaku pada Alfa yang sedang duduk disampingku.
Akhirnya pelajaran matematika selesai juga walaupun baru jam 08.00. katanya sih guru matematika lagi ada acara. “Bote....tolong nyalain ACnya dong...!”suruh Zain kepada bote yang duduk pas didepan AC.
“Jangan...jangan Bote, entar Acnya ga' mau nyala.”perkataan Fauzan itu serta merta memuat suasana kelas memjadi ramai.
“Iya bener....Hani aja. Hani ” anak-anak cowo yang lain ikut-ikutan.
“hati-hati ya....kalau ngomong!!!” Dengan muka kesalnya bote menyerahkan remote AC ke hani.
''Sabar ya Bote....”kata Niha kepada Bote dengan lembut, lain hal nya dengan Arini si pipi, Step dan Icha yang hanya ketawa-tawa di pojok belakang.
Komentar
Posting Komentar