Korban Budaya Kah?
Saya bukanlah anak dari keluarga yang terpandang. Mungkin, sudah menjadi budaya di lingkungan saya bahwa kekayaan menjadi tolak ukur seberapa terhormat dan terpandangnya sebuah keluarga(meskipun tidak semua orang beranggapan begitu). Saya ambil contoh masalah rumah. Meskipun keluarga tersebut seharinya hanya makan nasi & sayur kangkung, tapi dari luar keluarga tersebut terlihat sejahtera karena rumahnya yang bisa dibilang mewah untuk ukuran desa. Sekarang, saya tahu bahwa sejak dulu keluarga kecil saya sering menjadi bahan omongan orang-orang. Mereka hanya melihat rumah keluarga saya yang masih jadul , beberapa bilang “Buat apa menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi kalau hanya untuk memperbaiki rumah saja belum mampu”. Saya sendiri tak terlalu memikirkan masalah itu. Saya sedih bukan karena keadaan keluarga saya yang memang terbatas, sebaliknya saya miris melihat pola pikir masyarakat yang sukanya instan, tak memedulikan pentingnya sebuah proses. Mereka dengan bangganya m...