Hujan (bukan versi Tere Liye)
Selamat pagi Bogor! Seperti pagi-pagi biasanya yang selalu berkutat antara memilih terjaga atau terhanyut tidur kembali setelah shubuh. Dan hari ini Saya menyerah pada kelopak mata yang seperti ditindih awan. Selamat pagi Bogor! Ah ternyata Saya salah. Pagi ini rasanya tepat seperti setahun lalu. Pagi ini Engkau mencurahkan rizki-Mu. Menunjukkan satu dari nikmat-Mu yang tak terhitung. Pagi ini awan mengalah pada hujan yang menjadikannya tiada. Aiih, bait puisi Sapadi Djoko Damono itu memang terasa dalam. Selamat pagi Bogor! Selamat pagi Kota Hujan yang telah hujan kembali. Hujan ini mengingatkan Saya pada masa-masa awal pindah ke Bogor. Hujan hampir setiap hari mengguyur dan memaksa Saya hujan-hujan antara kost dan tempat kerja yang jaraknya tak begitu jauh. Tapi meskipun hanya selemparan batu, lama-lama ngga sehat juga hujan-hujanan. Akhirnya, kondisi Bogor berhasil mengilhami Saya membeli payung. Padahal sebelumnya selama di Jogja belum pernah punya payung. Dan jadilah kemana-...